Wiranto dan Prabowo Subianto masih berebut menduduki peringkat kedua sebagai calon yang paling banyak dipilih untuk menjadi presiden Indonesia 2014.
Tingkat elektabilitas Wiranto berada di angka sekitar 10,7 persen dan Prabowo sekitar 9,4 persen. Demikian hasil survei Indonesia Research Center (IRC) yang diperoleh dari 8200 responden, atau sekitar 50 persen dari total keseluruhan responden.
“Peringkat ini masih 50% yang kami olah, maka kalau sudah 100% maka bisa berubah urut-urutanya,” kata peneliti Indonesia Research Centre (IRC), Yunita Mandolang, Kamis (31/11/2013).
Mirip dengan hasil yang dirilis IRC minggu lalu (21 Oktober/2013) saat data yang telah diverifikasi dan dicek ulang mencapai 30 persen, urutan kedua dan ketiga masih berada dalam genggaman mereka berdua.
Sementara itu, Joko Widodo (Jokowi) juga masih berada di urutan pertama, dengan tingkat keterpilihan sebesar 36,2 persen.
Persaingan ketat terjadi di posisi kedua. Dukungan terhadap Wiranto terlihat menguat berdasarkan survei yang dilakukan IRC pada September hingga Oktober 2013 ini. “Dibandingkan survei yang dilakukan IRC pada Mei lalu yang dilakukan dengan metode yang sama, dengan jumlah responden 1978, elektabilitas Wiranto sudah naik 6 poin dalam empat bulan terakhir.
Saat itu, elektabilitas Wiranto baru di kisaran 4 persen, sementara Prabowo sudah mencapai sekitar 16 persen,” kata Yunita.
Yunita mengatakan, pasca deklarasi, pasangan Wiranto–Hary Tanoesoedibjo, capres-cawapres yang diusung partai Hanura memang terlihat intensif keliling ke berbagai daerah meningkatkan popularitasnya.
“Meski urutan elektabilitas masih sangat mungkin berubah, namun elektabilitas Wiranto dan HT telah naik cukup signifikan. Kenaikan itu menggerus suara Prabowo, yang selama ini mengunci posisi kedua di berbagai survei,” katanya.
Sementara itu, elektabilitas Megawati Soekarnoputri dan Aburizal Bakrie belum banyak bergeser dibandingkan survei IRC yang dilakukan empat bulan lalu, yaitu berturut-turut berada di kisaran 8 dan 6 persen. Tingginya tingkat elektabilitas Golkar (14.48 persen) nampaknya tidak dapat mengalirkan suara untuk Aburizal Bakrie yang hanya memiliki kisaran elektabilitas sekitar 7,6 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sebagai Ketua Umum, Aburizal Bakrie tidak mampu menjadi magnet bagi konstituen partai.
Ditilik dari wilayah, Surya Paloh mendapat elektabilitas tertinggi di Nanggroe Aceh Darussalam dengan angka sekitar 30 persen yang merupakan elektabiltas terunggul dibandingkan dukungan yang diberikan untuk Jokowi sekalipun yang mencapai sekitar 26 persen di bumi rencong ini. Sementara itu, Jusuf Kalla sangat kuat di Sulawesi Selatan dengan jumlah pemilih 43 persen.
PARTAI POLITIK
Belum bergeser dari posisi sebelumnya, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dan GOLKAR masih menempati posisi teratas dalam survey IRC dengan elektabilitas sebesar 19,4% dan 14,48%. Tingginya kepercayaan masyarakat terhadap PDI-P nampaknya hanya terjadi di Pulau Jawa saja, sedangkan di luar Jawa seperti di Sulawesi Selatan, Maluku, Sumatera dan sebagian Jawa Barat milik partai berlambang beringin.
Sementara untuk posisi ke tiga, ada 3 parpol yang saling menyalip memperebutkan posisi ini. Jika dalam rilis pertama (data 30%) posisi ketiga, keempat, dan kelima berturut-turut ditempati oleh Demokrat, Hanura, dan Gerindra, maka kali ini posisi berubah menjadi Gerindra (8,08%), kemudian Demokrat (7,79%), dan Hanura (7,13%).
Rupanya pengambilalihan kursi Ketua Umum Demokrat oleh SBY tetap saja tidak mampu memulihkan kepercayaan masyarakat. Kebangkrutan politik akan terus dialami Demokrat, jika Gerindra dan Hanura mampu mengakumulasi dukungan dan membangun kepercayaan publik, apalagi kedua partai ini dikenal sebagai partai yang bersih.
Sumber :
Pos Kota
Tidak ada komentar:
Posting Komentar