Defisit Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
dipatok sebesar 2,32 persen terhadap Produk Domestik Bruto. Bahkan,kalau
ditambah defisit APBD seluruh sebesar 0,5 persen, nilainya menjadi 2,82
persen. Itu nyaris menyentuh batas maksimal undang-undang yang mematok 3
persen terhadap PDB.
Kondisi defisit yang tinggi tersebut, membuat khawatir Bank
Indonesia, karena dalam 10 tahun terakhir, rata-rata defisit anggaran
ada di bawah 2 persen. Kondisi tersebut menyisakan sedikit ruang
anggaran buat program presiden Joko Widodo (Jokowi).
Presiden Jokowi, menyebutkan hal yang bisa dilakukan
pihaknya adalah melakukan efisiensi di tiap kementerian. Selain itu,
meningkatkan pendapatan negara.
Jokowi mengatakan beberapa opsi untuk meningkatkan pendapatan negara
untuk memenuhi program pemerintahannya yang akan difokuskan pada bidang
kesehatan, pendidikan, serta yang berkaitan dengan petani dan nelayan.
"Bisa
nanti di pajak penghasilan dan pajak pertambahan nilai, belum tentu
dinaikkan, tapi income bisa nambah. Belum bisa saya bicarakan di sini.
MK saja belum rampung," kilahnya.
Contoh lain, kata Jokowi adalah
mengalihkan penggunaan Bahan Bakar Minyak ke gas untuk pembangkit PLN,
atau ke batu bara. "Itu sudah 60 atau 70 triliun dapat kita," katanya. [merdeka]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar