Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan memotong
subsidi bahan bakar minyak secara bertahap. Menurutnya subsidi lebih
layak diberikan untuk industri kecil dan nelayan.
"Jawaban saya
sama. Subsidi BBM memang harus dipotong secara gradual (bertahap)," kata
Jokowi di Gedung DPR RI Jakarta, Jumat (15/8/2014).
Namun
rencana itu menurut Jokowi masih belum dibicarakan dengan pemerintahan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Karena masih terkendala oleh sengketa
pemilihan presiden di Mahkamah Konstitusi.
Menurut Jokowi semua
akan dibicarakan secara detail setelah keputusan MK ditetapkan pada 21
Agustus 2014. Tentu saja pembicaraan itu menurut Jokowi juga akan
dilakukan juga dengan fraksi-fraksi di DPR.
"Nanti tentu saja
dengan fraksi-fraksi. Tapi setelah MK, baru mengurus. Sebetulnya kalau
dulu habis KPU rampung, kami bisa masuk, tapi karena di MK, kami belum
bisa masuk," jelas Jokowi.
Subsidi Masih Terlalu Tinggi
Sesudah mendengarkan pemaparan pemerintah melalui Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono (SBY) soal rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) Tahun 2015, presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) menilai
porsi anggaran untuk BBM bersubsidi masih terlalu tinggi dan harus
dipotong secara gradual atau bertahap.
"Nanti (di pemerintahan mendatang) tentu saja dibicarakan dengan
fraksi-fraksi. Tapi (hal) itu setelah proses gugatan di MK (selesai,
baru kita mengurusnya. Sebetulnya, kalau dulu habis KPU langsung rampung
(pilpres), kita bisa masuk membahasnya. Tapi karena (masih) di MK, kita
belum bisa masuk (membahasnya)," kata Jokowi, Jumat (15/8/2014).
Jokowi berpandangan seandainya beban subsidi BBM bisa diturunkan,
maka hal itu sangat baik bagi kelancaran serta kecepatan proses
pembangunan di Indonesia.
Menurutnya, apabila beban anggaran negara tak berat, maka
pemerintahan baru bisa langsung bekerja cepat untuk melaksanakan program
prioritas. "Misalnya bidang kesehatan, pendidikan, dan hal yang
berkaitan dengan petani dan nelayan. Itu kira-kira," katanya.
Jokowi meyakini dirinya memiliki terobosan fiskal di APBN yang akan
menjadi kunci pelaksanaan program prioritas pemerintahan yang baru, yang
bertumpu pada usaha peningkatan pemasukan negara.
"Tentu saja kita harus secepatnya bisa menaikkan income, sehingga ruang fiskal menjadi semakin lebar. Kemudian, efisiensi di setiap kementerian. Itu juga ada peluang ," imbuhnya.
Sebagai contoh, lanjut Jokowi, penggunaan BBM di PT. PLN diubah ke
gas atau batubara. Jika terealisasi, hal tersebut dapat menciptakan
efisiensi sampai Rp 60-70 triliun.
"Yang namanya gas itu kita melimpah dan lebih efisien. Bisa separuh
lebih efisien (dibanding yang sekarang). Oleh sebab itu, memang harus
segera dilakukan penggunaan gas untuk industri dan PLN," tandas Jokowi.
Coba masyarakatnya dilatih dulu biar nggak kaget: sampai akhir tahun ini setiap hari Sabtu dan hari Minggu TIDAK ADA subsidi bahan bakar apa pun di segenap Indonesia. Lalu awal 2015 dimulai potongan bertahap sesuai rencana di atas.
BalasHapus