Beberapa akademisi dan aktivis dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
seperti Hairul Salim (LKIS), Zuly Qodir (UMY), Subkhi Ridho (LPSA),
Suhadi (CRCS UGM) menolak segala bentuk kampanye hitam terhadap pasangan
Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK).
Bagi mereka, kampanye hitam
yang dialamatkan kepada Jokowi-JK lebih karena pasangan nomor urut 2
tersebut dekat dengan rakyat dan apa yang telah dan hendak dilakukan
benar-benar membumi.
“Kejahatan politik yang dilakukan jelang
pilpres sebenarnya bentuk ketidakpercayaan politik yang berlebihan,”
kata Zuly Qodir di Jakarta, Minggu (6/7/2014).
Kampanye hitam yang menggunakan isu SARA merupakan bentuk pengingkaran keragaman di Indonesia yang dialamatkan kepada Jokowi-JK.
“Kekerasan politik yang menggunakan isu agama merupakan perusakan harmoni dalam keragaman,” tegasnya.
Untuk
itu, lanjut dia, para akademisi dan peneliti serta aktivis di DIY lebih
sepakat dengan Jokowi-JK yang jelas lebih santun dalam kampanye, dan
sederhana dalam hidup.
“Jokowi pemimpin yang merakyat dan itu
benar benar jiwa kita yang harus merakyat, membumi, sekalipun berpikir
teoritik dan akademis,” tandasnya. [tribun]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar