Riset Lingkar Survei Indonesia (LSI) menyatakan masif dan kerasnya serangan kampanye negatif menjelang Pemilihan Umum Legislatif (Pileg) 2014 terhadap Partai Golkar, PDIP, Demokrat dan Gerindra, menghambat laju elektabilitas keempat parpol itu. Rata-rata, pertumbuhan dukungan publik terhadap mereka hanya 3%.
Periset LSI, Adjie Alfaraby, saat memaparkan hasil survei dengan tema "Kampanye Negatif dan Presikdi Hasil Pileg 2014" di kantor LSI, Jakarta Timur, Rabu (2/4/2014), menyatakan, lambatnya laju kenaikan dukungan pada empat parpol itu merupakan dampak kampanye negatif yang masif.
Partai Golkar diserang isu plesiran Ketua Umumnya Aburizal Bakrie ke Maladewa bersama duo Zalianty, PDIP dituding ingkar janji atas perjanjian Batu Tulis dan kebohongan Joko Widodo untuk 5 tahun menjadi Gubernur DKI Jakarta.
Demokrat masih disasar isu korupsi oleh mantan Ketumnya Anas Urbaningrum. Sedangkan Gerindra diserang isu penculikan aktivis 1998 oleh Prabowo Subianto.
"Jika dikaitkan antara kampanye negatif jelang Pileg 2014 dan perolehan dukungan menurut survei LsI akhir Maret 2014 ini, terlihat efek kampanye negatif tersebut lumayan menghambat laju dukungan partai," kata Adjie.
Akibatnya, pengumuman Jokowi sebagai capres oleh PDIP hanya mampu menaikkan sekitar 3% elektabilitas PDIP dari 18,2% pada survei LSI Januari-Februari 2014, ke angka 21,1% pada survei akhir Maret 2014.
"Pencapresan Jokowi, menurut survei ini belum mampu mengangkat elektabilitas PDIP, naiknya hanya sekitar 3 persen," ujar Adjie.
Penggunaan slogan Pak Harto yang kembali populer di kalangan masyarakat juga hanya mampu mendongkrak sekitar 3% suara Golkar. Jika pada survei LSI Januari/Februari 2014 elektabilitas Golkar 18,3%, survei akhir Maret ini hanya mampu mengerek suara Golkar ke angka 21,9%," jelasnya.
Gerindra yang masif menayangkan iklan di berbagai media, hingga Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang sering turun ke lapangan, juga hanya mampu menaikkan dukungan ke partai masing-masing sekitar 3%.
Sumber :
jpnn.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar