Tidak dipungkiri, popularitas Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) sudah tidak diragukan lagi di Tanah Air. Rata-rata, hasil survei mendaulat Jokowi sebagai figur yang paling tepat memimpin bangsa ini.
Sosok Jokowi identik dengan kebiasaannya blusukan yang disebut-sebut sebagai caranya melihat langsung permasalahan di masyarakat. Karena hobinya itu rakyat merasa dekat dengan figur mantan Wali Kota Solo tersebut.
Tapi bagaimana jika sosok Jokowi dilihat dari kacamata dan pendekatan perekonomian nasional?
Ada yang mengklaim Jokowi membawa angin segar bagi perekonomian nasional. Indikatornya dilihat dari fenomena melesatnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 152 poin ke level 4.878 dan menguatnya nilai tukar Rupiah ke level Rp 11.375 per USD setelah Jokowi secara resmi menyatakan bakal maju sebagai calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Ekonom tidak menampik bahwa ada sentimen positif dari aktivitas politik terhadap geliat perekonomian. Namun, terlalu dini jika meyakini bahwa sosok Jokowi bisa mengantar ekonomi nasional menggejar ketertinggalan dari negara lain.
"Memang Jokowi mempunyai figur dan personal yang baik, tapi apa mungkin masyarakat melihat sosok itu apalagi kebijakan ekonominya?" ujar Direktur INDEF Enny Sri Hartati saat dihubungi merdeka.com, Jakarta, Sabtu(15/3).
Ekonom seolah meragukan kemampuan Jokowi mengatur dan mengelola perekonomian nasional. "Ini tentunya sangat erat kaitannya dengan rezim yang akan nantinya mengubah kebijakan ekonomi kita terutama untuk lima tahun ke depan," jelas dia.
Jokowi tidak bisa sendirian memikirkan segudang persoalan ekonomi. Mantan Wali Kota Solo ini perlu tim ekonomi yang solid jika nantinya rakyat memberikan mandat bagi Jokowi menjadi presiden periode 2014-2019.
"Jika nanti tidak didukung para pembantunya maka tidak akan maju. Beda halnya dengan zaman Soeharto yang para pembantunya kalangan profesional," ungkapnya.
Sumber :
merdeka.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar