Razia topeng monyet mulai digelar di Ibukota, Selasa (22/10/2013). Tiga
monyet bersama tiga pemiliknya diamankan petugas Suku Dinas Peternakan
dan Perikanan dan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Jakarta Timur.
Apung, 50, bersama monyetnya ‘Si Acil’ sempat lari tapi dikejar
petugas dan ditangkap di wilayah Cipinang Cempedak, Jatinegara. “Saya
takut ditangkap, makanya kabur,” ucap Apung.
Dia mengaku terpaksa menjadi tukang topeng monyet lantaran sulitnya
mendapat pekerjaan. Dengan membeli monyet seharga Rp 600 ribu, ia
mempekerjakan hewan itu. Pendapatannya setiap hari Rp 50 ribu. “Dulu saya
kerjanya di bengkel, tapi sekarang sudah tutup ya jadi seperti ini,”
ujar bapak empat ini.
Kepala Seksi Pengawasan dan Pengendalian Suku Dinas Peternakan dan
Perikanan Jaktim, Sabdo Kurnianto mengatakan, dua monyet lainnya
diamankan di sekitar Perempatan Kanal Banjir Timur, Jalan Radin Inten,
Duren Sawit dan perempatan Taman Mini Indonesia Indah.
Hewan tersebut akan diserahkan ke Balai Kesehatan Hewan dan Ikan
(BKHI) Ragunan. Sedangkan Apung akan diserahkan ke Dinas Sosial untuk
dibina di panti sosial di Cipayung. “Mereka (pengamen topeng monyet)
akan diberi keterampilan,” jelasnya.
Monyet Sewaan
Anggota DPRD DKI mendukung rencana Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo
(Jokowi) menertibkan topeng monyet. Namun, nasib pawangnya yang terancam
kehilangan mata pencarian harus dipikirkan. “Hak ekonomi tiap warga
harus dilindungi pemerintah,” kata Wakil Ketua Komisi E, Igo Ilham, di
Gedung DPRD DKI Jakarta.
Berdasarkan pantauan Pos Kota, pengamen monyet di jalanan maupun
lampu merah, bukan pemilik monyet. Banyak yang iba melihat hewan
diekspoitasi, bahkan beberapa kali aktivis dari luar negeri berdemo.
Tukang topeng monyet menyewa dari pemilik per ekornya Rp 25 ribu dan
Rp 40 ribu/hari. Tempat persewaan topeng monyet di antaranya di
Penggilingan dan Cipinang Besar, Jaktim.
Tiap paket topeng monyet biasanya disewa secara patungan oleh dua
pengamen atau lebih. “Mengamen dari pagi sampai malam bisa dapat uang
Rp 300 ribu,” ujar Karyono pengamen yang mangkal di Perempatan Matraman.
Di lokasi ini sedikitnya terdapat 3 kelompok pengamen topeng monyet.
Uang hasil ngamen dipotong sewa dan makan, lalu sisanya dibagi rata
untuk tiga orang. “Masing-masing kebagian Rp 60 ribu, kadang lebih,”
ungkap Karyono yang menyewa monyet dan perangkatnya di kampung padat
hunian Kelurahan Cipinang Besar Barat.
Sumber :
Pos Kota
Tidak ada komentar:
Posting Komentar