Selasa, 22 Oktober 2013

Kampung Liar di Kelapa Gading Juga Pernah Terbakar di Masa Foke

Pemukiman penduduk ilegal di Jalan Inspeksi Kali Sunter, Kelapa Gading Barat, habis dilalap api pada 1 Oktober 2013. Kebakaran itu bukan pertama kali terjadi. Di masa Fauzi Bowo juga pernah terjadi. bahkan di masa Sutyoso juga pernah terjadi.
Kebakaran di kampung liar inilah, yang dimanfaatkan oleh Nurhayati Ali Assegaf sebagai amunisi untuk memojokkan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi).
"Pada tahun 2011 pernah juga terbakar," ujar Ketua RW XIII, Bawono, di Jalan Inspeksi Kali Sunter, Selasa (22/10/2013).
Foke menjadi gubernur pada 2007-2012. Lima tahun sebelumnya dia menjabat wagub mendampingi Sutiyoso.
Kebakaran pertama kali juga terjadi pada tahun 2002 di masa kepemimpinan Sutiyoso. "Cuma sekali di masa Foke," kata Bawono.
Secara terpisah Ketua RT RT/RW VII/XIII, Gandhi, menyebut wilayahnya sudah empat kali terbakar.
Untuk tahun ini, kebakaran terjadi pada awal Oktober.
"Ini sudah keempat kalinya, tahun sebelumnya juga pernah. Namun ini kayaknya yang terparah," terangnya.
Api sangat cepat membakar hunian warga karena hampir semua hunian terbuat dari kayu, mirip bedeng. Para warga mendirikan bedengnya di atas empang/rawa yang ditopang dengan kayu-kayu penyangga dan berdinding tripleks.
"Dari beberapa kali terjadi kebakaran, penyebab utamanya adalah soal listrik," ucapnya.
Gandhi berterus terang bahwa warganya tidak memiliki izin tinggal dan hak tanah yang saat ini ditempati. Tanah itu juga diakui bukan milik pemerintah, namun milik pihak swasta. "Masalahnya ini bukan lahan pemerintah," kata Gandhi.
Terkait informasi latar belakang penduduknya, rata-rata mereka yang tinggal di lahan itu berasal dari luar Jakarta dan telah menetap di sana selama 7-8 tahun. Gandhi menyebut hanya tinggal beberapa keluarga saja yang merupakan penduduk asli Jakarta yang tinggal di sana.
"Kebanyakan rata-rata pendatang," ujarnya.
Saat masuk ke wilayah perkampungan itu lebih dalam, detikcom dapat mendengar dialek-dialek khas Banyumasan dan Batak yang terlontar dari para penduduk itu. Mereka mulai kembali membangun bedeng yang bahan dasarnya adalah tripleks dan kayu, sama seperti bangunan yang hangus terbakar sebelumnya.
Jumlah warga di kampung liar itu simpang siur. Ketua RW Bawono menyebut total KK yang menghuni kampung liar itu berjumlah sekitar 2.000 KK dengan total bangunan 1.350 unit dengan penduduk yang memiliki KTP hanya berjumlah 112 KK. Sementara Ketua RT Gandhi menghitung ada sekitar 1.350 KK di sana.

Sumber :
detik.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar