Tidak hanya elite Partai Demokrat (PD) Nurhayati Ali Assegaf yang menilai
miring kinerja Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi). Kalangan
politikus lawan politik partai Jokowi, Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan (PDI-P), di DPRD DKI juga ikut berkomentar miring terhadap
Jokowi meskipun baru setahun memimpin ibu kota.
Setahun kinerja
Jokowi dalam membenahi berbagai persoalan di Jakarta dianggap masih
biasa dan belum menghasilkan perubahan. Prioritas masalah yang
seharusnya segera diselesaikan seperti macet dan banjir malah dinilai
lamban.
Wakil Ketua DPRD DKI dari Partai Golkar Prya Ramadhani
mengatakan secara nyata, Jokowi belum bisa memberikan perubahan bagi ibu
kota. Menurutnya, sejumlah kebijakan yang dilakukan sekarang hanya
melanjutkan program gubernur sebelumnya dan tidak menjadi solusi bagi
persoalan Jakarta.
"Harusnya sudah tahu masalah jangan banyak blusukan. Prioritaskan itu
masalah macet. Capek saya di mana-mana macet. Belum ada perubahan,
malahan macetnya lebih parah," kata Prya, Senin (21/10/2013).
Dia
menggarisbawahi persoalan kemacetan dan banjir seharusnya menjadi
master plan yang terancang dengan kebijakan solusinya. Bukan cara
dadakan tapi malah membuat masyarakat bingung.
Contohnya, Prya
menyebutkan kebijakan pembangunan monorel dan Mass Rapid Transit (MRT)
yang diprediksi bakal membuat ruas jalan di Jakarta semakin macet parah.
Namun, Pemerintah Provinsi DKI terutama Dinas Perhubungan malah
terkesan santai dengan tidak melakukan sosialisasi.
Begitu juga dengan program sumur resapan yang tersebar di berbagai areal
ibu kota, seharusnya bisa lebih cepat dilakukan minimal dua bulan
sebelumnya. "Yah, begini. Jangan serba dadakan. Masyarakat perlu tahu.
Ini kan program-program buat masyarakat sendiri. Cara sosialisasinya itu
bagaimana. Kalau seperti ini sih belum ada perubahan kondusif," ujar
Prya.
Lanjutnya, ia mengkritik kalau setahun ini Jokowi juga
punya pekerjaan rumah yaitu membenahi para bawahannya yang masih belum
bisa mengimbangi ritme kerja gubernur. Masih banyak pelayanan yang
lamban terhadap masyarakat. Sistem lelang jabatan belum maksimal. "Itu
juga perlu dibenahi," tegas dia.
Kritikan juga terlontar dari
Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPRD DKI. Anggota Fraksi PKS DPRD
DKI, Igo Ilham menyoroti kinerja yang sudah dilakukan Jokowi seperti
program Kartu Jakarta Sehat dan Kartu Jakarta Pintar.
Menurutnya, program ini bagus tapi sistem pendataan yang lemah
mengakibatkan pelayanan masih kurang. Misalnya, satu rumah sakit bisa
menampung pasien KJS yang berlebihan. Padahal, jumlah sumber daya
manusia dokter dan perawat minim. "Begitu juga soal tarif yang mesti
perlu penyesuaian lagi," ujarnya kepada detikcom, Selasa (22/10/2013).
Begitupun
dengan program KJP yang masih sering salah sasaran karena banyak warga
mampu yang menerima. Secara pelayanan, program KJP ini juga
membingungkan orangtua siswa yang mendaftar karena tidak mengerti cara
mengurusnya.
Igo pun menyinggung selama ini hubungan antara
Pemprov DKI dengan DPRD sebagai eksekutif dan legislatif masih kurang
klop. Ia mengakui persoalan ini hingga setahun masa jabatan Jokowi-Ahok
masih terjadi.
Sumber :
detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar