Sejumlah komentar yang dilontarkan politikus Partai Gerindra membuat PDI
perjuangan mempertimbangkan kembali rencana mengajukan Gubernur DKI
Jakarta Joko Widodo (Jokowi) sebagai calon presiden (capres).
Dikhawatrikan, deklarasi yang terlalu dini akan memicu serangan serupa
dari parpol-parpol lain.
Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P),
Tjahjo Kumolo memastikan, rapat kerja nasional (rakernas) PDI-P
tidak akan mendeklarasikan capres. Rakernas PDI-P hanya akan
membahas kriteria capres yang didasarkan pada masukkan dari pimpinan DPD
PDI-P di 33 provinsi. “Momentum (penetapan capres) belum akan
diputuskan di rakernas,” kata Tjahjo di kantor DPP PDI-P,
Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Rabu (3/9/2013).
Tjahjo mengatakan,
PDI-P mempunyai sejumlah pertimbangan mengapa tidak mau
terburu-buru menetapkan capres. Menurutnya, penetapan capres merupakan
keputusan strategis yang perlu mempertimbangkan berbagai aspek. “Ada
sejumlah faktor X yang masih kita cermati hingga sekarang,” ujar Tjahjo.
Salah
satu faktor “X” yang dimaksud Tjahjo adalah kekhawatiran adanya
serangan dari lawan-lawan politik PDI-P kepada capres mereka.
Dalam konteks ini Tjahjo sempat menyindir sikap Partai Gerindra yang
terkesan mengintervensi pencapresan PDI Perjuangan. “Belum ada keputusan
capres saja sudah ada partai yang ingin mendikte kami,” kata Tjahjo.
Tjahjo
menyayangkan sikap politik Gerindra yang belakangan menuntut Jokowi
menyelesaikan masa tugas sebagai Gubernur DKI yang masih empat tahun
lagi. Menurutnya, penetapan capres PDI-P merupakan urusan
internal PDI-P yang tidak patut dicampuri partai lain.
Terlebih,
sampai sekarang PDI-P belum memutuskan siapa capres yang akan
diusung pada Pemilu 2014. “Mereka mengatakan, kami tidak setuju kalau
Jokowi jadi capres. (Padahal) urusan capres urusan PDI-P,” ujar
Tjahjo.
Tjahjo menegaskan bahwa Jokowi merupakan kader PDI-P. Sebab itu, hanya PDI-P yang memiliki hak untuk
memutuskan apakah akan mengusung Jokowi sebagai capres atau tidak. “Yang
berhak memerintah atau melarang Jokowi ya partainya sendiri. Bukan
partai lain,” katanya.
Pengamat politik Universitas Negeri Syarif
Hidayatullah Gun Gun Heryanto mengatakan, permintaan Gerindra agar
Jokowi tidak maju sebagai capres 2014 merupakan cermin dimulainya perang
opini jelang 2014. “Pertanda perang opini dimulai,” kata Gun Gun, Rabu (3/9/2013).
Menurutnya, proses
komunikasi secara persuasi, negosiasi, hingga propaganda akan
dilancarkan oleh pihak-pihak yang saling berebut kekuasaan. “Serangan”
Gerindra terhadap Jokowi pada hakikatnya mencerminkan kian
diperhitungkannya sosok Jokowi dalam kontestasi
Pilpres 2014.
Perkiraan Gun Gun, saling serang opini antarpartai
akan semakin banyak terjadi menjelang Pemilu 2014. Serangan opini itu
menurutnya akan berakibat pada proses delegitimasi pihak-pihak yang
menerima serangan.
Gun Gun melihat serangan Gerindra terhadap
Jokowi masih berada dalam konteks yang substantif. Tinggal tergantung
bagaimana Jokowi mencari jawaban yang tepat membalas serangan itu. “Yang
akan dijadikan sasaran tembak bagi Jokowi oleh lawan-lawan politiknya,
yakni soal mandat kekuasaan di DKI. Itu substantif,” ujarnya.
Sebelumnya,
Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon mengungkapkan ketidaksetujuannya
terhadap wacana pencapresan Jokowi. Menurutnya, Jokowi mesti memenuhi
janji membenahi persoalan di DKI Jakarta. Di saat yang sama Fadli juga
berharap PDI Perjuangan mendukung pencapresan Prabowo. “Tahun 2009 kita
dukung Mega. Tahun 2014 kita berharap Mega mendukung Prabowo jadi
presiden,” katanya.
Ketua Umum Gerindra Suhardi mengatakan,
partainya tak berniat memantik konflik dengan PDI-P. “Kami
tidak merasa memanasi. Itu hal yang biasa dalam berpendapat,” kata Ketua
Umum Gerindra Suhardi, Rabu (4/9/2013).
Suhardi
mengatakan, meskipun pencalonan Jokowi sebagai capres merupakan hak
politik Jokowi dan PDI-P namun seyogianya Jokowi tidak
melupakan janji politiknya ketika akan maju menjadi Gubernur DKI
Jakarta. “Kami hanya mengingatkan Jokowi bahwa janji kepemimpinan harus
konsisten,” ujarnya. Terlepas dari itu, kata Suhardi, sejauh ini
hubungan Gerindra dan PDI-P masih baik. “Hubungan kami dengan
PDI-P sejak dahulu sampai sekarang baik,” ujarnya.
Suhardi
enggan berkomentar ketika ditanya soal permintaan Gerindra agar PDI-P mendukung pencapresan Prabowo berkaitan dengan kontrak
politik tertulis yang dilakukan antara Prabowo dan Megawati pada Pemilu
Presiden 2009. “Itu urusan Pak Prabowo dan Ibu Mega. Biar beliau yang
berkomentar,” kata Suhardi.
Sumber :
republika.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar