Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi)
tak setuju jika premi asuransi untuk Kartu Jakarta Sehat (KJS) dinaikan
dari Rp 23 ribu menjadi Rp 50 ribu pasca-munculnya 16 RS. Menanggapi
hal itu, Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengatakan, prinsipnya kenaikan premi dapat dilakukan dengan adanya pendapatan pajak yang diterima Pemprov DKI saat ini.
"Kalau
dilihat dari pajak yang masuk, Pemprov sih mampu-mampu saja. Prinsipnya
gotong royonglah warga harus dilibatkan. Mungkin nanti kita bikin
peraturan, perokok berat misalnya harus bayar gitu. Yang suka beli pulsa
banyak, harus bayar. Makanya kita akan hitung dan tunggu dulu, belum
bisa diputuskan hari ini," ujar Ahok di Balai Kota Jakarta, Selasa
(21/5/2013).
Ahok mengaku hingga saat ini belum menemukan solusi untuk mengantisipasi RS swasta tidak mundur kembali dari KJS.
"Sampai kita ketemu teknis, baru saya laporkan ke Pak Jokowi. Keputusan ada di tangan Pak Gubernur," ucapnya.
Ahok
berencana ke depannya pemegang KJS harus memiliki rekening bank. Hal
ini dikarenakan KJS nantinya akan dibuat seperti autodebet.
"Makanya
arah ke depan mesti kasih rekening kayak Transjakarta sekarang mesti
pakai e-ticketing kan e-wallet, di situ langsung ketahuan," tandasnya.
Sumber :
merdeka.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar