Selasa, 21 Mei 2013

Jokowi Akhirnya Tahu Siapa Pelempar Batu di Waduk Pluit

Perbincangan unik terjadi saat Gubernur DKI Jakarta makan siang dengan perwakilan warga Waduk Pluit, Selasa (21/5/2013) siang. Secara tak sengaja, warga memberi tahu identitas pelaku pelempar batu ke alat berat yang tengah bekerja di Waduk Pluit.
Terkuaknya identitas itu bermula saat Budi, salah seorang warga di sisi timur Waduk Pluit, meminta Jokowi menarik mundur personel kepolisian dan Satpol PP dari sekitar waduk. Pasalnya, meski para petugas tersebut hanya berjaga-jaga, keberadaan sejumlah personel itu dianggap meresahkan warga.
"Iya, bisa saja kita tarik semua dari sana. Asal jangan lempar pekerja alat berat pakai batu. Yang kerja bilang enggak mau kerja kalau enggak dijaga," ujar Jokowi menanggapi usulan warga.
Dengan bahasa Jawa, Budi pun menyampaikan bahwa orang yang melempari alat berat dengan batu adalah pendukung Jokowi sendiri, yakni Pak Sentun. Meski demikian, Budi mengatakan, aksi Pak Sentun melempari batu bukan bentuk anarkisme, melainkan bentuk ungkapan kekesalan karena ingin bertemu dengan Jokowi.
"Kan dia (Sentun) bilang, saya mau ketemu Jokowi. Makanya dia lempari batu, wong iku orang sampeyan juga," ujar Budi.
Jokowi pun tak berkata banyak. Jokowi hanya tertawa mendengar celotehan warga sekitar Waduk Pluit itu. Meski tak menyampaikan secara langsung akan menarik sejumlah personel dari sekitar Waduk Pluit, Jokowi berjanji tidak akan menggunakan kekerasan dalam normalisasi waduk penampung hujan DKI itu.
Sebelumnya diberitakan, proses normalisasi atau pengerukan Waduk Pluit sempat mengalami gangguan beberapa waktu lalu. Sejumlah warga melempari alat berat dengan menggunakan batu sehingga para pekerja melarikan diri.
Warga yang melempar kala itu menganggap keberadaan alat berat meresahkan warga sekitar waduk. Warga mengira alat berat itu hendak digunakan untuk menggusur permukiman warga di sekitar waduk.
Relokasi warga di sekitar Waduk Pluit tak lepas dari musibah banjir di Jakarta awal 2013 lalu di daerah sekitar waduk. Setelah ditelisik, banjir disebabkan penyempitan waduk yang semula seluas 80 hektar menyusut jadi 60 hektar lantaran banyaknya permukiman warga sekitar.
Demi menyelesaikan masalah itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pun membangun rumah susun di Marunda dan Muara Baru, Jakarta Utara. Namun, hanya sebagian yang bersedia pindah ke rumah susun tersebut. Oleh sebab itulah, Jokowi memutar otak bagaimana cara menyelesaikan masalah yang tepat dan humanistis.


Sumber :
kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar