Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo menyayangkan 16 rumah sakit (RS)
swasta yang mundur dari program Kartu Jakarta Sehat (KJS). Menurutnya,
RS seharusnya memiliki tanggung jawab sosial, bukan hanya mementingkan
keuntungan uang semata.
"Harus ada tanggung jawab sosial,
tanggung jawab kemanusiaan RS terhadap warga yang tidak mampu,
harusnya ada seperti itu. Tapi kalau orientasinya hanya pada
keuntungan, kita ini repot juga," ujar Jokowi kepada wartawan di gedung
Balaikota, Selasa (21/5/2013) pagi.
Meski demikian, Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta tidak akan memberi sanksi atau imbauan bagi rumah
sakit swasta yang mundur dari program KJS. Dan Jokowi menegaskan akan
tetap mempertahankan KJS sekaligus sistem pembayaran INA-CBG's
(Indonesia Case Base Group) melalui PT Akses.
Pertama, Jokowi
menilai KJS mengakomodir pelayanan kesehatan bagi pasien miskin di DKI.
"Terbukti dengan melonjaknya pasien di rumah sakit artinya (KJS)
dibutuhkan, program itu ditunggu dan dibutuhkan rakyat," ujar Jokowi.
Kedua,
dalam sistem pembayaran INA-CBG's yang baru diterapkan sejak 1 Maret
2013, tiap pasien memiliki perencanaan pelayanan medik yang telah
ditentukan dan terencana sehingga lebih teratur. Kedua hal tersebut,
kata Jokowi, merupakan keuntungan pembayaran pasien ke rumah sakit yang
sudah terencana dengan baik.
Sementara, soal rencana peningkatan
premi rumah sakit dari Rp 23.000 menjadi Rp 50.000, Jokowi mengaku masih
dalam proses kalkulasi. "Belum-belum, semuanya belum di kalkulasi,
karena kalau KJS dinaikan satuannya, kena bisa nambah budget," lanjut Jokowi.
Sebelumnya
diberitakan, sebanyak 16 rumah sakit swasta mundur mengurus KJS atas
alasan berat dengan tarif harga Indonesia Case Base Group (INA-CBG's)
yang dikeluarkan PT Askes (Persero). Tarif yang diberlakukan berdasarkan
sistem paket ini dinilai merugikan rumah sakit.
Sumber :
kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar