Senin, 18 Maret 2013

LSI: Jokowi Figur Pemimpin Alternatif

Dalam bursa pencalonan wakil presiden versi Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Joko Widodo diunggulkan sebagai wapres. Hal tersebut karena masyarakat membutuhkan figur pemimpin alternatif.
“Gaya Jokowi sangat otentik dan gerak-geriknya selalu menjadi magnet bagi masyarakat,” ungkap Pengamat politik Universitas Gadjah Mada Ari Dwipayana, Minggu (17/3). Dia mengatakan kepemimpinan Jokowi merupakan suatu antitesa.
Namun menurut dia, Jokowi yang terlanjur populer sebagai suatu figur, justru belum tentu menjamin tingkat keterpilihan kandidat yang menggandengnya.
“Jokowi belum tentu serta merta memberikan dukungan bagi calon presidennya,” kata Ari. Namu, akan lain jika Jokowi mencalonkan diri sebagai calon presiden. Akan tetapi, Ari memprediksikan Jokowi sulit maju sebagai calon presiden.
Selama ini, diungkapkan Ari, Jokowi pun masih unggul ketimbang tokoh lainnya yang selama ini digadang-gadang sebagai kandidat presiden 2014, seperti Megawati, Aburizal Bakrie, dan Prabowo Subianto.
“Masyarakat sudah bosan dengan orang-orang lama,” ujar dia. Namun ditegaskannya, jika Jokowi maju sebagai calon presiden pada 2014, bisa jadi masyarakat akan mempertanyakan komitmennya dalam memimpin ibu kota.
Variasi tokoh yang tidak mengalami perubahan dalam survei, menurut Ari, dipengaruhi oleh faktor oligarki di partai masing-masing tokoh. “Pengendali partai atau ketua umumnya, tidak bisa melepaskan diri dari pencalonan presiden 2014."
Selain itu, faktor lainnya adalah calon alternatif yang masih malu-malu mengekspose dirinya. “Istilahnya masih tiarap. Kalau masih begitu, bagaimana mau terekspose oleh lembaga survei,” kata Ari.
Padahal menurut dia ketertarikan masyarakat yang sudah menurun terhadap tokoh lama, bisa digunakan sebagai kesempatan bagi tokoh alternatif. “Peluang sudah tersedia, tinggal bagaimana keberanian para penantang,” ujarnya.
Dalam survei pada 1-8 Maret 2013, tingkat elektabilitas Jokowi sebagai calon wakil presiden mencapai 35,2 persen. Lingkaran melakukan survei pada 1-8 Maret 2013 dengan metode multistage random sampling.
Total responden sebanyak 1.200 orang dengan tingkat kesalahan sebesar 2,9 persen. Ia berhasil mengungguli Jusuf Kalla, Hatta Rajasa, dan Mahfud MD.
Ketiganya hanya memperoleh suara masing-masing sebesar 21,2 persen, 17,1 persen, dan 15,1 persen.

Sumber :
suaramerdeka.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar