Presiden Joko Widodo mengancam gubernur dan
bupati/wali kota yang tidak bisa memberikan layanan satu pintu terkait
masalah perizinan. Sebab, banyak sekali investor yang mengeluhkan
masalah perizinan. Padahal, salah satu program Jokowi adalah menarik
investor sebesar-besarnya.
Jokowi mengancam tak akan lagi
memberikan Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk daerah yang tidak menerapkan
layanan satu pintu untuk perizinan.
"One stop service ini
kita akan berikan waktu 1 tahun.
Kalau ada daerah atau provinsi yang
belum mempunyai (atau) belum bisa, DAK-nya dihilangkan. Ini politik
anggaran," kata Jokowi di hadapan para gubernur di seluruh Indonesia di
Istana Negara, Jakarta, Selasa 4 November 2014.
Sebab, kata dia,
investor mengeluhkan sulitnya mendapat izin pembangunan baik di pusat
maupun daerah. Jokowi kemudian mencontohkan bahwa dia pernah melihat
sendiri ketika ada investor ingin membangun pembangkit listrik di
Palembang.
"Mengurus izin saja enam tahun. Padahal di Sumatera Selatan itu sangat kekurangan (listrik). Izinnya mutar-mutar.
Kemaren saya cek satu-satu titik nggak benarnya mana. Sebulan atau dua
bulan bolehlah. Tapi sampai tahunan, berarti ada yang main-main," ujar
dia.
Menurut Jokowi, sebenarnya sudah banyak daerah yang siap
dengan layanan satu pintu ini. Tetapi memang banyak juga daerah yang
belum siap. "Ini wajib. Saya minta seluruh gubernur berikan penjelasan
kepada bupati walikota. Karena kita akan promosi besar-besaran atas
investasi," kata dia.
Alasan Indonesia membutuhkan investasi
besar-besaran, kata Jokowi karena APBN sangat terbatas. Sementara banyak
daerah yang harus dibangun infrastrukturnya.
"Kita butuh pelabuhan, tol, untuk jalur rel kereta api," kata dia.
Batasi Investasi Sumber Daya Alam
Meski
saat ini pemerintah mendorong agar melakukan invetasi besar-besaran,
tetapi investasi itu harus dipilih-pilih. Jika investasi itu dilakukan
untuk infrastruktur, maka segera dibuatkan izin. Namun, investasi untuk
sumber daya alam harus dibatasi.
"Kita pernah mengalami kutukan minyak dan hutan. Waktu booming
minyak kita bisa mempunyai sumber keuangan yang besar, tetapi kita
tidak bisa manfaatkan, hutan juga sama. Oleh sebab itu minerba
betul-betul kita minta direm," kata dia.
Jokowi berharap jika
akan ekspor sumber daya alam, harus ke luar dalam bentuk setengah jadi
sehingga negara mendapatkan nilai tambah yang lebih banyak. [vivanews]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar