Selasa, 04 November 2014

Ini Cara Jokowi Beri Sinyal Kenaikan Harga BBM?

Meski Wakil Presiden Jusuf Kalla secara gamblang sudah menyatakan bahwa harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi dipastikan naik bulan ini, Presiden Joko Widodo tidak mengutarakan hal yang sama. Bahkan Jokowi sapaan akrabnya, selalu mengelak ketika disinggung soal waktu kenaikan harga BBM.
Di saat publik menunggu kepastian rencana tersebut, Presiden Jokowi memaparkan masalah yang lahir dari pemberian subsidi BBM.
Salah satunya beban terhadap anggaran negara.
"Untuk subsidi energi, kira-kira Rp 330 triliun. Inilah yang sangat memberatkan posisi anggaran kita, ruang fiskal anggaran sempit sekali, belum lagi bayar utang Rp 400 triliun," kata Jokowi di Istana Negara, Selasa (4/11/2014).
Lantas Jokowi memaparkan kerugian lain dari pemberian subsidi BBM. Dia menyebut, selama 5 tahun negara mengalokasikan anggaran sebesar Rp 714,5 triliun untuk subsidi BBM. Anggaran sebesar itu mubazir lantaran tidak digunakan untuk sektor produktif. "Kita bakar, hilang selama 5 tahun," ucapnya.
Dia mengajak semua pihak memahami timpangnya anggaran produktif dan anggaran non produktif seperti subsidi BBM. "Coba bapak ibu semuanya membandingkan, untuk kesehatan hanya Rp Rp 202,6 triliun. Untuk infrastruktur hanya Rp 577,9 triliun. Kalah juga dengan subsidi BBM."
Dia meminta kepala daerah jajaran pemerintahannya untuk memberikan penjelasan pada masyarakat soal kondisi ini. Ini menjadi landasan bagi pemerintah mengalihkan anggaran subsidi BBM.
"Tiap hari kita membakar, membakar begitu terus, dan yang justru sangat penting untuk kesehatan, infrastruktur, jauh dengan subsidi BBM. Inilah yang harus kita ubah dan kita harapkan untuk gubernur, kapolda, semua bisa jelaskan posisi ini," jelasnya.  [merdeka]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar