Lemahnya tampilan politik presiden terpilih Jokowi makin kentara.
Dalam penyusunan postur kabinet yang berisikan 34 menteri dengan 16
orang parpol, itu bukti dominannya JK. Dengan kabinet gemuk, Jokowi
sendiri sudah mengingkari janjinya.
“Masyarakat sudah menilai Jokowi tidak konsisten, plintat-plintut.
Kini soal kabinet ramping, koalisi tanpa syarat dan rangkap jabatan di
parpol, sudah kehilangan relevansinya, persepsi masyarakat sudah turun,”
kata pengamat politik dari UGM Hanta Yudha AR dalam diskusi di DPR,
Kamis (18/9/2014).
Hanta menilai, postur kabinet yg gemuk itu menunjukkan adanya
dominasi peran Jusuf Kalla dalam pembentukan kabinet. “Komposisi ini,
bukan soal salah atau benar, tapi Jusuf Kalla (JK) lebih realistis.
Prosesnya ada kompromi politik. Jelas ini kemenangan JK,” katanya.
Menurut Hanta, langkah Jokowi membentuk 34 kementerian bukanlah
sebagai pelanggaran. Namun lebih menjawab pada masalah realitas politik
di lapangan. Tiga poin penting yang sering dijanjikan Jokowi, yakni
koalisi ramping, tanpa syarat dan tak ada rangkap jabatan. “Inilah yang
menjadi dilema koalisi Jokowi sekarang ini,” terangnya.
Karena itulah, kata Hanta, saat ini koalisi tanpa syarat dan kabinet
ramping telah kehilangan relevansinya. Dari situ terlihat, tekanan
parpol menjadi lebih banyak. Jadi memang realitasnya seperti ini.
Disisi lain, Jokowi juga memiliki kepentingan untuk mendapat dukungan
partai di parlemen. Karena itu dari 16 jabatan menteri dari parpol, ada
beberapa yang akan diberikan kepada Koalisi Merah Putih (KMP). Ada
alokasi kursi menteri yang disiapkan kalau ada parpol baru masuk.
“Ini memang cara Jokowi menggoda Koalisi Merah Putih, dia tinggal katakan, silahkan kapan mau mengisi jabatan itu,” tuturnya.
Yang jelas, sambungnya, peta kekuatan akan berubah pada 20 Oktober
2014 . Namun demikian semua itu tergantung dari kekuatan KMP. [Pos Kota]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar