Senin, 16 Juni 2014

Emrus: Misi Jokowi Lebih Nyata dari Prabowo

Pengamat politik dari Universitas Pelita Harapan (UPH) Emrus Sihombing menilai misi yang diusung Capres nomor urut dua Joko Widodo (Jokowi) lebih nyata dibandingkan Capres nomor urut satu Prabowo Subianto.

"Semua misi Jokowi sudah terlihat sebagai tindakan yang lebih operasional (nyata) dalam rangka mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara," kata Emrus dihubungi dari Jakarta, Senin (16/6/2014).
Emrus mengatakan dalam misinya Jokowi ingin menuliskan tujuh poin antara lain, mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, mewujudkan masyarakat maju berlandaskan negara hukum, Mewujudkan politik luar negeri yang bebas aktif.

Selain itu mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, mewujudkan bangsa yang berdaya saing, Mewujudkan negara maritim yang mandiri dan kuat serta mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
Misi itu menurutnya lebih nyata serta lebih mampu menyelesaikan permasalahan kehidupan rakyat sebagai tujuan berbangsa dan bernegara.
Dia mencontohkan pada poin enam Jokowi menawarkan untuk mewujudkan negara maritim yang mandiri dan kuat, hal itu menurut dia sangat bagus untuk Indonesia ke depan.
"Jadi rakyat Indonesia tidak hanya menggantungkan pada bidang pertanian, seperti selama ini. Namun, bidang pertanian sejatinya tetap menjadi salah satu prioritas utama, sampai terwujudnya pengelolaan maritim yang produktif," ujar dia.
Sementara misi Prabowo, kata Emrus, ingin mewujudkan negara yang aman, sejahtera, demokratis dan berdaulat, serta konsisten melaksanakan Pancasila dan UUD 1945, mewujudkan Indonesia yang adil, makmur, berkerakyatan dan mandiri, dan kewujudkan Indonesia yang berkeadilan sosial, dengan sumber daya manusia yang berakhlak, berbudaya luhur dan berkualitas tinggi.

Terlalu makro

Emrus menilai misi itu masih di tataran konseptual dan terlalu makro sehingga belum terlihat tindakan dalam bidang apa saja yang harus mendapat penekanan.
"Terlihat juga bahwa misi tersebut lebih merujuk pada UUD 1945, sebagai pedoman dasar berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, misi ini masih perlu dielaborasi (dijabarkan,red)pada bidang-bidang kehidupan sebagai suatu tindakan yang mampu menjawab permasalahan yang dihadapi oleh rakyat sebagai benefit yang mereka peroleh dalam kehidupan berbangsa dan bernegara," kata dia.
Sementara itu sebelumnya Emrus menilai agenda utama yang diusung Prabowo Subianto beberapa diantaranya idealis dan realistis, sementara Joko Widodo (Jokowi) menawarkan solusi.
"Agenda utama Prabowo masih ada yang bersifat idealis dalam tataran pemikiran, namun yang lain sangat realistis. (Sedangkan) `Nawa Cita` Jokowi sangat `solutif` (menawarkan solusi) bagi bangsa Indonesia lima tahun ke depan," kata Emrus.
Dia menjelaskan dalam agenda utamanya Prabowo menekankan delapan poin antara lain membangun perekonomian yang kuat, berdaulat, adil dan makmur, melaksanakan ekonomi kerakyatan, Membangun kembali kedaulataan pangan, energi dan sumber daya alam, serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan melaksanakan reformasi pendidikan.
Selain itu, meningkatkan kualitas pembangunan sosial melalui program kesehatan, sosial, agama, budaya dan olah raga, Mempercepat pembangunan infrastruktur, menjaga kelestarian alam dan lingkungan hidup serta membangun pemerintahan yang melindungi rakyat, bebas korupsi, dan efektif melayani.
Negara mandiri

Menurut dia tampak jelas dalam agenda itu Prabowo berkeinginan membawa Indonesia menjadi negara mandiri dari ketergantungan terhadap negara lain.
Dia menilai agenda itu ideal dalam tataran pemikiran. Namun pada tataran implementasi, kemandirian suatu negara tidak semudah membalik telapak tangan.
Sebab, kata dia, saat ini sudah tak terhindarkan hubungan saling pengaruh antarnegara dan antarkelompok negara atas kekuatan ekonomi (globalisasi) dan kemajuan teknologi komunikasi dan sosial media.
Dia mencontohkan, Singapura memperkuat dirinya dalam industri bidang jasa, namun tetap mengantungkan kebutuhan sayur mayur dari Sumatera Utara.
"Justru yang terpenting adalah memperkuat negara kita dari sudut kemampuan yang dimiliki Indonesia. Sangat sulit mewujudkan kemandirian negara dari sejumlah aspek kehidupan secara bersamaan dengan sumber daya terbatas," ujar Emrus.
Kendati demikian, Emrus menekankan harus diakui agenda utama Prabowo bertekad kuat merealisasikan peningkatan kesejahteraan rakyat, bebas dari tindakan korupsi, dan mewujudkan birokrasi pemerintahan yang melayani.
Prabowo dinilainya juga mengusung isu lingkungan sebagai suatu hal penting dalam pemerintahan, karena lingkungan selalu menjadi korban pembangunan ekonomi.
"Dengan demikian, pada agenda utama Prabowo masih ada yang bersifat idealis dalam tataran pemikiran, namun yang lain sangat realistis," nilai dia.
Sementara Jokowi, kata Emrus, mengusung sembilan agenda utama yang terangkum dalam "Nawa Cita" antara lain menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara, dan membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya.
Kemudian, membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan, menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya.
Selain itu, Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia, Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional, mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik, Melakukan revolusi karakter bangsa, serta memperteguh kebhinnekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.
Emrus menilai dalam "Nawa Cita" itu Jokowi tampak merindukan kehadiran negara dalam setiap persoalan sosial yang dihadapi oleh segenap warga negara baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Hal itu menurut dia, menjawab absennya negara ketika hak-hak mendasar rakyat tidak mendapat perlindungan maksimal.
"Sebab sampai saat ini, kelompok minoritas masih belum mendapat kehadiran negara ketika melaksanakan hak-hak mendasar mereka," ujarnya.
Selain itu Jokowi dinilai Emrus tampak sangat geram kepada perilaku korupsi sehingga merasa sangat perlu menekankan pendekatan sistem dan penegakan hukum yang tidak pandang bulu.
"Jokowi juga sepertinya bertekad meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan berangkat dari titik rakyat paling miskin menuju perwujudan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan demikian, Nawa Cita Jokowi sangat `solutif` bagi bangsa Indonesia lima tahun ke depan," ucap Emrus.  [antara]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar