Ambisi politik Megawati Soekarnoputri terlihat jelas seiring bergulirnya
skenario duet Mega-Jokowi sebagai capres dan cawapres. Kordinator
Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) Afifudin memprediksi
bahwa suara PDIP akan merosot jika memaksakan skenario tersebut.
"Karena
publik itu simpatinya ke Jokowi, bukan ke PDIP, dan menginginkan Jokowi
sebagai capres bukan cawapres. Tetapi kan mungkin ada di internal PDIP
yang tak menginginkan Jokowi capres," ujar Afif saat berbincang di Hotel
Four Seasons, Jl. HR Rasuna Said, Setia Budi, Jakarta Pusat, Kamis
(19/12/2013).
Publik akan melihat PDIP tak mampu menampung
aspirasi rakyat jika menempatkan Jokowi di nomor dua. Selain itu Mega
dan PDIP akan dinilai egois karena memaksakan skenario Mega-Jokowi.
"Dari
sisi oportuniti, PDIP akan dibilang tak bisa rangkul peluang karena
dianggap ada keraguan untuk mencapreskan Jokowi," imbuhnya.
Ia
juga menyoroti bagaimana pada beberapa waktu lalu Mega sempat dianggap
negarawan karena legowo untuk tidak nyapres. Saat itu Mega menyatakan
menginginkan kepemimpinan muda. Memaksakan diri nyapres, menurut Afif,
akan membuat Mega menambah koleksi kekalahannya di Pilpres.
"Iya
tentu, akan kalah dengan Prabowo, karena saat ini simpati ke PDIP itu
karena publik berharap Jokowi yang akan dicapreskan. Simpati publik
sebesar sekitar 80% ini lama-kelamaan akan turun sehingga berada di
bawah Prabowo," ujar Afif.
Momentum untuk mencapreskan Jokowi
sebagai presiden hanya di tahun 2014 saja. Menurut Afif di periode
mendatang akan bermunculan tokoh-tokoh baru yang menjadi pesaing Jokowi.
Sumber :
detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar