Kamis, 19 Desember 2013

Capres Ideal Bukan Mitos

Calon Presiden (Capres) yang ideal dan berkualitas baik hanya lahir dari ‘rahim’ kompetisi, bukan dari mitos.
“Sekarang ini Jokowi (panggilan Joko Widodo, Gubernur DKI JakartaRed.)  sudah menjadi mitos. Karena itu, dia diunggulkan. Tapi tidak ada perang gagasan darinya,” kata Direktur eksekutif Cyrus Network, Hasan Nasbi, dalam diskusi “Mencari calon pemimpin bangsa yang ideal, di DPD RI, Jakarta, Kamis (19/12/2013).
Saat ini, pendukung Jokowi sudah tidak memberikan lagi tempat untuk kritik. Jakarta macet, proyek monorel macet lagi. Ternyata tidak ada yang berani mengkritik Jokowi, semua karena sudah memitoskan kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu.
“Kalau begini terus, dan seandainya Jokowi diajukan jadi capres, persaingan sudah tidak menarik. Yang menang sudah ditebak, tapi tidak ada persaingan gagasan dalam Pilpres mendatang,” jelasnya.

Lawan Tanding
Menurut Hasan Nasbi, kalau memang mendukung Jokowi, harus berani menghadirkan lawan tanding dia. Lawan yang punya cerita baru, yakni tokoh-tokoh berkualitas dalam adu gagasan. “Kalau semua adu gagasan, nanti akan terlihat seberapa kualitas Jokowi,” katanya.
Mitos yang dimaksud Hasan, adalah sosok Jokowi legitimasinya di masyarakat sangat kuat. Mampu mengubah opini dan seolah bisa menyelesaikan masalah nasib bangsa semuanya.
Selama ini, para capres adalah para tokoh yang disodorkan partai politik, tanpa melibatkan masyarakat. “Kita harus berani keluar dari pakem itu. Misalnya, munculkan sosok capres dari kalangan konglomerat. Tidak ada ceritanya orang bodoh menjadi konglomerat. Artinya dia sudah punya pengalaman kesuksesan,” jelasnya.

Profesional
Menurut anggota DPD RI, Prof John Pieris, pemimpin yang ideal itu memiliki kemampuan manajerial yang baik (profesional), dan mempunyai pengalaman memimpin lembaga negara.
“Tidak hanya Jokowi. Nah, melihat konvensi capres Demokrat, ada tiga kandidat yang memiliki rating bagus, Dahlan Iskan, Marzuki Alie dan Irman Gusman.”
Rakyat saat ini membutuhkan hal-hal yang konkret, bukan simbolis. Artinya, pemimpin ideal itu, dalam 5 tahun ke depan sudah harus terang benderang. Dalam pilpres 2014, kemungkinan hanya ada tiga parpol besar yang bisa memajukan capresnya. Kecuali ada rekayasa politik, seperti Myanmar, Thailand dan Suriah.
“Kita tak mau seperti itu, dan kita sudah lebih mau dari mereka,” tegasnya. 

Sumber :
Pos Kota

Tidak ada komentar:

Posting Komentar