Menjelang Pemilu 2014, Partai Politik kini mulai mencari pasangan ideal dan menduetkan kadernya sebagai pasangan Capres dan Cawapres seperti halnya Partai Hanura yang telah memasangkan Wiranto dan Hary Tanoesoedibjo.
Jika seandainya PDIP ingin melakukan hal serupa dengan mengusung duet Megawati-Jokowi, itu pun sah-sah saja. Tetapi ada beberapa hal yang harus diperhatikan.
"Pertama, PDIP harus mampu memenuhi presidential threshold, dengan mendapatkan paling sedikit 20 persen kursi DPR RI atau memperoleh 25 persen suara nasional Pemilu legislatif," kata pengamat pemilu sekaligus Direktur Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma), Said Salahuddin saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Minggu (22/12/2013).
Jika publik tidak menginginkan Megawati maju kembali atau publik tidak puas jika Jokowi hanya ditempatkan sebagai cawapres, maka hal tersebut dapat mempengaruhi raihan suara PDIP di pemilu legislatif. Hal tersebut berujung pada ketidakcukupan syarat presidential threshold dalam mengusung capres dan cawapresnya.
Syarat kedua, lanjut Said, jika PDIP tidak mampu memenuhi presidential threshold, maka rencana duet Mega-Jokowi tidak akan berjalan mulus. Sebab, parpol yang akan diajak berkoalisi belum tentu mau menerima duet tersebut. Karena lazimnya, dalam suatu koalisi pencapresan berlaku mekanisme sharing antarparpol untuk menentukan siapa akan menjadi capres dan cawapresnya.
"Kursi capres dianggap wajar menjadi jatah bagi Parpol yang memperoleh suara terbesar, sementara jatah kursi Cawapres akan diminta oleh parpol memperoleh suara lebih kecil," jelas Said.
Terakhir, jika PDIP mengusung Mega-Jokowi, boleh jadi peta persaingan capres akan berubah. Sebab, parpol yang sudah punya calon bisa saja mengganti calonnya atau mengubah komposisi capres-cawapresnya dengan memunculkan tokoh alternatif yang dianggap bisa mengimbangi duet Mega-Jokowi.
"Artinya, di sini PDIP perlu hati-hati dan cermat dalam membaca peta pencapresan. Jangan cuma melihat nama-nama calon yang muncul pada saat ini saja. Jangan pula mengira tidak akan ada nama-nama baru yang akan muncul. Sebab bukan mustahil pada saat injury time ada parpol atau gabungan parpol yang merubah strategi dengan memunculkan tokoh alternatif yang bisa menandingi duet Mega-Jokowi," kata Said.
Sumber :
liputan6.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar