Menjadi Gubernur DKI Jakarta, selalu memuncaki survei soal popularitas,
selalu menjadi pusat perhatian masyarakat banyak, bahkan sering kali
masuk ke dalam pemberitaan sejumlah media internasional, itulah Joko
Widodo yang berjuluk Jokowi. Namun, segala hal yang diimpi-impikan para politisi di negeri
ini tersebut tidak membuat Jokowi tinggi hati dan berubah dalam
perilakunya sehari-hari.
Suami dari Iriana itu mengaku tetap apa adanya, tetap kurus dan tetap memiliki wajah 'ndeso' tentunya. "Ndak ada yang beda. Dulu, tahun lalu, tahun ini, sama saja. Ndak ada yang berubah di saya. Badan ya gini-gini saja, wajah ya juga gini-gini saja," ujarnya saat berbincang dengan wartawan saat hendak pulang ke kediaman dari Balaikota, Rabu (11/12/2013). Entah
guyon atau bukan, menurut Jokowi, justru itu yang jadi pembeda antara
dirinya dan sejumlah tokoh lainnya. Pria lulusan Fakultas Kehutanan
Universitas Gadjah Mada tersebut pun mengaku sudah menjadikan media
sebagai bagian dari hidup sehari-harinya. Baru menginjakkan kaki di
Balaikota, mulutnya saja sudah ditodong alat perekam, begitu juga ketika
ia mau keluar blusukan dan seterusnya. Tak terhitung, berapa kali wawancara.
"Asal jangan pas saya mandi, media ngikutin aja," selorohnya santai.
Sadar
bahwa gerak-gerik sepenuhnya terpantau media massa, Jokowi pun
memanfaatkannya sebaik mungkin untuk sosialisasi program kebijakannya
sebagai orang nomor satu di DKI Jakarta.
Tak hanya media
nasional, setiap beberapa bulan sekali, Jokowi pun mengaku kerap
didatangi perwakilan media internasional. Sebut saja New York Times dan Aljazeera, serta beberapa media massa lain di Eropa yang sering ikut blusukan ke kampung-kampung di Jakarta. Ia mengajak melihat persoalan Ibu Kota secara langsung dari dekat.
"Ndak kewalahan. Datang nanya, tinggal saya jawab. Mau lihat Pluit? ya kita ajak. Mau lihat Tanah Abang? kita ajak," ucapnya.
Bahkan, ketika Jokowi masuk menjadi salah satu dari 134 tokoh terpopuler di majalah Foreign Policy asal Amerika Serikat berkat aksi blusukan-nya, politisi PDI Perjuangan itu mengaku biasa saja.
"Ya ndak ngerti, ke Amerika saja ndak pernah," ujarnya saat diminta berkomentar atas predikat tersebut.
Dalam
daftar The Leading Global Thinkers of 2013, nama Jokowi masuk ke dalam
kategori tokoh Challenger atau tokoh dengan gebrakan baru, yakni aksi blusukan-nya.
Pria penyuka Metallica ini pun dianggap sebagai pemimpin sederhana yang
keluar dari pakem penguasa politik kebanyakan di Indonesia.
Seberapa
tingginya popularitas Jokowi, rakyat tidak mau tahu. Selama ia bekerja
dan memberikan kontribusi nyata bagi rakyat Jakarta, tak pedulilah ia
berapa kali diwawancarai, tak peduli dia berapa kali disorot media
internasional, yang penting rakyat sejahtera. Seperti yang sering
diungkapkan Jokowi, "Saya pekerja, bukan politisi. Saya hanya bekerja,
bekerja. Saya tak peduli penilaian orang, mau jelek, mau gagal, mau
berhasil, yang penting saya bekerja."
Sumber :
kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar