Sepanjang pekan ini, Jabodetabek bagian barat, selatan, dan timur tetap
akan diguyur hujan. Warga di daerah rawan banjir dan longsor diminta
waspada. Sebab, proyek perbaikan infrastruktur pengendali banjir jangka
pendek di Jakarta belum selesai dikerjakan.
Target penyelesaian
proyek pengendali banjir jangka pendek akhir Desember, nyaris bersamaan
dengan puncak musim hujan sesuai prediksi Badan Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) antara Desember 2013 dan Februari
2014.
Padahal, selama sepekan terakhir, wilayah Jakarta dan
sekitarnya mulai mencicipi guyuran hujan deras yang turun terus-menerus,
terutama sore hingga malam. Genangan semakin banyak muncul di jalanan
dan permukiman. Ribuan warga sudah terkena dampaknya, ratusan di
antaranya mengungsi. Bahkan, banjir sudah memakan korban jiwa.
Optimistis
Namun,
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) optimistis. Ia mengutarakan, segala
jurus sedang dikerahkan, seperti pembenahan gorong-gorong; pengerukan
sungai, saluran makro, saluran penghubung, dan waduk; penyiagaan pompa
dan pintu air; serta pembuatan sumur resapan. ”Lihat saja nanti
Desember. Banjir banyak berkurang dibandingkan dengan tahun lalu,”
ujarnya.
Adapun Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) DKI Jakarta Bambang Musyawardhana mengatakan, saat ini
Pemprov DKI Jakarta tengah membuat 1.958 sumur resapan. Jika sudah
selesai, sumur resapan akan mampu mengurangi sekitar 20 persen genangan
di 124 kelurahan rawan banjir. ”Dari semua pompa air, 80 persen di
antaranya sudah selesai perawatan. Saat curah hujan mencapai intensitas
tertinggi pada Januari 2014 diharapkan semua pompa dapat berfungsi
maksimal,” kata Bambang.
BPBD DKI Jakarta telah memublikasikan
peta prakiraan daerah berpotensi banjir pada November 2013-Januari 2014.
Dalam peta terlihat, pada November, dua kecamatan berpotensi banjir
kategori menengah, yaitu Kecamatan Jagakarsa dan Kecamatan Ciracas.
Sebanyak 36 kecamatan di lima wilayah berpotensi banjir kategori rendah.
Pada
Desember, semua kecamatan yang semula berpotensi banjir kategori rendah
sudah berpotensi banjir kategori menengah juga pada Januari 2014.
Kepala
Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta Manggas Rudy Siahaan mengakui, ada 884
saluran air di Jakarta yang masalahnya sama, yaitu di atasnya berdiri
bangunan. Akibatnya, saluran tidak bisa dibersihkan dan tidak cukup
menampung air hujan. ”Kami sedang menormalkan saluran air di 80 titik.
Sampai akhir Desember akan selesai semuanya,” kata Manggas.
Belum efektif
Ketua
Program Studi Magister Ilmu Geografi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Indonesia Tarsoen Waryono sebelumnya
mengungkapkan, bencana banjir memang masih sulit diantisipasi saat ini
karena kondisi sungai-sungai di Jakarta dan sekitarnya buruk.
Menurut
perkiraan Tarsoen, walaupun 46 tandon air (waduk/situ dan ruang terbuka
hijau) di Jakarta direvitalisasi, potensi daya tampung airnya hanya
11,6 juta meter kubik. Fungsi tandon air itu cukup besar, tetapi tetap
belum ampuh menampung potensi limpasan Kali Grogol, Pesanggrahan, dan
Ciliwung yang diperkirakan mencapai 1.900 juta meter kubik. Kondisi ini
belum menyoal potensi limpasan Sungai Angke, Sunter, dan lainnya.
Hary
Tirto Djatmiko, Kepala Subbidang Informasi Meteorologi BMKG,
menambahkan, musim hujan tahun ini memang diperkirakan normal atau tanpa
anomali cuaca apa pun. Namun, kondisi normal ini tetap bisa berbahaya
tergantung fluktuasi hujan hariannya.
Saat puncak musim hujan
nanti, kata Hary, durasi guyuran bisa di atas tiga jam. Intensitas hujan
bakal merata, yaitu sedang hingga lebat. Hal ini tentu bisa memicu
meluapnya air sungai.
”BMKG menyatakan, masyarakat harus waspada,
bukan berarti panik, tetapi mohon bersiap diri untuk antisipasi. Di
situs resmi kami selalu ada data terbaru tentang kondisi cuaca, termasuk
soal hujan. Kami juga bekerja sama dengan banyak instansi sehingga
informasi dari kami bisa segera tersebar,” kata Hary.
Sumber :
kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar