Minggu, 17 November 2013

Jokowi Diminta Contoh Ali Sadikin

Pergelaran Kampung Betawi di Kota Tua, Jakarta Barat, yang menelan dana Rp 1 miliar menyisakan ganjalan tersendiri. Hajatan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) itu diharapkan bisa menjadi kebangkitan budaya masyarakat asli ibu kota.
Namun, pengamat sejarah Betawi Alwi Shahab menyoroti bila tidak digelar kreatif, hajatan tersebut dianggap percuma karena sulit menggeser budaya modern yang sudah melekat di masyarakat.
Bagi Alwi pergelaran dalam waktu dua hari yang berlangsung pada Sabtu dan Minggu kemarin cukup sulit sebagai momen untuk membangkitkan budaya Betawi.
Meski pemilihan lokasi Kota Tua dinilai cukup mewakili kebudayaan Betawi secara keseluruhan tapi hal yang terpenting yakni isi bentuk pergelaran dan komitmen jangka panjang penyelenggara.
“Mudah-mudahan bisa. Tapi, harus ada semacam kreativitas baru. Kalau cuma sekadar gelar acara dan enggak bisa membawa budaya betawi ke masyarakat pengunjung ya susah dan percuma,” kata Alwi saat dihubungi detikcom, Minggu (17/11/2013).
Mantan wartawan yang kerap menulis artikel-artikel tentang sejarah Kota Jakarta ini menilai secara kultural kebudayaan Betawi sudah tergeser oleh budaya asing. Bila memang ada pergelaran Kampung Betawi dalam waktu singkat, dia menekankan harus punya identifikasi yang kental dengan Betawi.
Misalnya, pergelaran Lenong, Gambang Kromong, Tari Samrah, dan festival kuliner seperti kerak telor. “Kalau kayak begini saya optimistis masih bisa. Tapi, yang penting dampak jangka panjangnya,” ujarnya.
Alwi mencontohkan seperti zaman Gubernur Ali Sadikin yang bisa menyuguhkan berbagai pergelaran budaya Betawi dan juga melahirkan banyak seniman Betawi seperti Bokir, Mandra, Bolot ataupun Tile. Tidak perlu repot menyisihkan waktu dan membuang biaya besar untuk menggelar hajatan khusus seperti Kampung Betawi di Kota Tua.
"Gak usah ribet-ribet lah. Buat yang simpel dulu, lihat hasilnya. Itu yang dilakukan zaman Ali Sadikin karena banyak Lenong yang jadi hiburan rakyat,” katanya menegaskan.
Lebih lanjut Alwi mencermati prioritas lainnya yaitu merealisasikan secepatnya rencana revitalisasi Kota Tua Jakarta. Daerah Kota Tua dianggap punya sejarah latar belakang masyarakat Betawi di Jakarta karena dulu merupakan sebuah pelabuhan.
Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya DKI Arie Budhiman mengatakan hajatan Kampung Betawi di Kota Tua bertujuan untuk mengangkat dan mempromosikan kebudayaan masyarakat asli ibu kota. "Yang perlu dilihat adalah upaya prosesnya bukan dari waktu yang singkat," tegas dia kepada detikcom, Ahad (17/11).
Arie juga menegaskan ada keinginan kegiatan Kampung Betawi di Kota Tua digelar secara rutin setahun sekali. “Ini bisa jadi destinasi wisata baru sekaligus promosi budaya Betawi."
Seorang pengunjung Kampung Betawi di Kota Tua, Absah, 45 tahun, mengaku kurang puas. "Harapan saya ada tanjidor, tapi ini cuman lenong saja," kata warga Bekasi ini yang jauh-jauh datang bersama keluarganya saat ditemui detikcom, Sabtu (16/11/2013).
"Makanannya juga begitu, saya mutar-mutar adanya makanan biasa soto mie, ketoprak yang di kaki lima," lanjut dia. "Baru yang ini ada nemu kuliner betawi tapi pilihannya gak banyak."

Sumber :
detik.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar