Pergelaran Kampung Betawi di Kota Tua, Jakarta Barat, yang menelan dana
Rp 1 miliar menyisakan ganjalan tersendiri. Hajatan Gubernur DKI Jakarta Joko
Widodo (Jokowi) itu diharapkan bisa menjadi kebangkitan budaya
masyarakat asli ibu kota.
Namun, pengamat sejarah Betawi Alwi
Shahab menyoroti bila tidak digelar kreatif, hajatan tersebut dianggap
percuma karena sulit menggeser budaya modern yang sudah melekat di
masyarakat.
Bagi Alwi pergelaran dalam waktu dua hari yang
berlangsung pada Sabtu dan Minggu kemarin cukup sulit sebagai momen untuk
membangkitkan budaya Betawi.
Meski pemilihan lokasi Kota Tua
dinilai cukup mewakili kebudayaan Betawi secara keseluruhan tapi hal
yang terpenting yakni isi bentuk pergelaran dan komitmen jangka panjang
penyelenggara.
“Mudah-mudahan
bisa. Tapi, harus ada semacam kreativitas baru. Kalau cuma sekadar
gelar acara dan enggak bisa membawa budaya betawi ke masyarakat
pengunjung ya susah dan percuma,” kata Alwi saat dihubungi detikcom,
Minggu (17/11/2013).
Mantan wartawan yang kerap menulis
artikel-artikel tentang sejarah Kota Jakarta ini menilai secara kultural
kebudayaan Betawi sudah tergeser oleh budaya asing. Bila memang ada
pergelaran Kampung Betawi dalam waktu singkat, dia menekankan harus
punya identifikasi yang kental dengan Betawi.
Misalnya,
pergelaran Lenong, Gambang Kromong, Tari Samrah, dan festival kuliner
seperti kerak telor. “Kalau kayak begini saya optimistis masih bisa.
Tapi, yang penting dampak jangka panjangnya,” ujarnya.
Alwi mencontohkan seperti zaman Gubernur Ali Sadikin yang bisa
menyuguhkan berbagai pergelaran budaya Betawi dan juga melahirkan banyak
seniman Betawi seperti Bokir, Mandra, Bolot ataupun Tile. Tidak perlu
repot menyisihkan waktu dan membuang biaya besar untuk menggelar hajatan
khusus seperti Kampung Betawi di Kota Tua.
"Gak usah
ribet-ribet lah. Buat yang simpel dulu, lihat hasilnya. Itu yang
dilakukan zaman Ali Sadikin karena banyak Lenong yang jadi hiburan
rakyat,” katanya menegaskan.
Lebih lanjut Alwi mencermati
prioritas lainnya yaitu merealisasikan secepatnya rencana revitalisasi
Kota Tua Jakarta. Daerah Kota Tua dianggap punya sejarah latar belakang
masyarakat Betawi di Jakarta karena dulu merupakan sebuah pelabuhan.
Kepala
Dinas Pariwisata dan Budaya DKI Arie Budhiman mengatakan hajatan
Kampung Betawi di Kota Tua bertujuan untuk mengangkat dan mempromosikan
kebudayaan masyarakat asli ibu kota. "Yang perlu dilihat adalah upaya
prosesnya bukan dari waktu yang singkat," tegas dia kepada detikcom,
Ahad (17/11).
Arie juga menegaskan ada keinginan kegiatan Kampung
Betawi di Kota Tua digelar secara rutin setahun sekali. “Ini bisa jadi
destinasi wisata baru sekaligus promosi budaya Betawi."
Seorang
pengunjung Kampung Betawi di Kota Tua, Absah, 45 tahun, mengaku kurang
puas. "Harapan saya ada tanjidor, tapi ini cuman lenong saja," kata
warga Bekasi ini yang jauh-jauh datang bersama keluarganya saat ditemui
detikcom, Sabtu (16/11/2013).
"Makanannya juga begitu, saya
mutar-mutar adanya makanan biasa soto mie, ketoprak yang di kaki lima,"
lanjut dia. "Baru yang ini ada nemu kuliner betawi tapi pilihannya gak
banyak."
Sumber :
detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar