Popularitas Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) tak terbendung. Survei terbaru yang dilakukan The Institute Indonesia dan Indikator Politik Indonesia bekerja sama dengan Sinar Harapan menunjukkan bahwa keputusan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) untuk memajukan atau tidak memajukan Jokowi dalam Pemilu 2014 akan memengaruhi peta politik Indonesia.
Pengaruh ini bukan hanya bagi elektabilitas PDI-P dan calon presiden yang akan diajukan PDI-P, melainkan juga pada elektabilitas parpol peserta pemilu lainnya dan juga kandidat presiden yang diajukan partai lain.
PDI-P berpeluang besar sebagai parpol pemenang Pemilu 2014 jika berani mengumumkan Jokowi sebagai capres mereka sebelum Pemilu Legislatif 2014 digelar. Bahkan, keberanian ini juga akan membuat enam dari 12 parpol nasional yang berlaga di pemilu tidak akan lolos electoral threshold.
Namun, jika PDI-P tidak mengusung Jokowi sebagai capres maka Golkar dan capres dari Gerindra Prabowo akan menyalip di tikungan.
Golkar bahkan punya peluang besar memenangkan Pemilu Legislatif 2014 jika partai “banteng moncong putih” terang-terangan memproklamasikan tidak akan mengusung Jokowi dalam Pilpres 2014. Sementara Prabowo akan muncul sebagai pemenang dalam putaran pertama Pilpres 2014 jika PDI-P mengusung nama lain di luar Jokowi.
Menurut Deni Irvani dari Indikator Politik Indonesia, survei yang digelar pada 10-20 Oktober 2013 dengan menggunakan metode eksperimental ini menunjukkan pencapresan Jokowi oleh PDI-P punya dampak besar terhadap elektabilitas parpol, setidaknya bila pemilu legislatif diadakan pada waktu eksperimen ini dilakukan.
Jokowi dapat mengubah peta kekuatan partai. “Yang jadi pertanyaan adalah apakah Jokowi tokoh yang akan dicalonkan PDI-P atau bukan? Sampai sekarang kami belum tahu. Yang kami tahu, pencalonan presiden di PDI-P ditentukan keputusan politik Megawati Soekarnoputri selaku ketua umum. Oleh karena itu, bisa dikatakan Megawati adalah kunci penting dalam politik 2014 nanti,” ujarnya kepada SH, Sabtu (16/11/2013).
Hal senada dikatakan Adinda Tenriangke Muchtar dari The Indonesia Institute. Menurutnya, seluruh realisasi dan konsistensi dari riset efek Jokowi ini dalam percaturan politik akan menunggu keputusan Megawati.
“Peringatan penting itu sudah dibuktikan dalam survei eksperimental ini. Namun, dadu strategis utama ada di tangan Megawati. Dengan segala pertimbangan politik yang ada dan posisinya di PDI-P selama ini, Megawati jelas menjadi kunci politik paling penting dan menentukan di perhelatan 2014 nanti,” katanya
Hingga saat ini, PDI-P belum memberikan keputusan siapa yang akan mereka ajukan sebagai capres dalam Pemilu 2014. Sejumlah kader PDI-P yang dihubungi SH mengatakan, keputusan terkait capres PDIP sepenuhnya di tangan Megawati. Kongres dan rapat kerja partai sebelumnya telah memberikan keleluasaan dan kewenangan kepada Megawati sebagai ketua umum untuk menentukan capres.
Menurut Wakil Sekretaris Jenderal DPP PDI-P Achmad Baskara, hasil survei merupakan salah satu pertimbangan yang akan dipakai Megawati untuk menentukan capres. Namun selain itu, Megawati mendengarkan langsung aspirasi rakyat terkait capres.
"Kami akan meletakkan telinga di bumi untuk mendengarkan secara sungguh-sungguh aspirasi masyarakat yang sesungguhnya. Aspirasi ini akan terus dimonitor. Pada saat yang dianggap tepat, Ibu Mega yang akan menetapkannya," kata Achmad.
Termasuk soal kapan hal itu akan diumumkan, menurut Achmad, semuanya diserahkan sepenuhnya kepada Megawati. Ia yakin Megawati memiliki pandangan strategis untuk menentukan waktu yang tepat untuk mengumumkan calon presiden PDI-P.
Ketua DPP PDI-P Ganjar Pranowo mengatakan, partainya telah menyiapkan pelbagai skenario menghadapi Pemilu 2014.
"Soal calon mencalonkan, kami tidak akan gegabah. Kami sudah punya rencana A, B, dan C. Semisal, jika kami mengusung Jokowi strateginya akan seperti apa. Namun, bila tidak mengusung Jokowi maka strateginya yang kami akan digunakan seperti apa," Gubernur Jawa Tengah ini menjelaskan.
Tidak hanya itu, kata Ganjar, PDI-P juga menyiapkan skenario untuk mengantisipasi faktor-faktor eksternal yang bakal muncul jelang Pemilu 2014. Itu mengapa, ia melanjutkan, seluruh kader telah diperintahkan merawat "suhu politik" menjelang Pemilu 2014.
"Kami terus menunggu apakah bakal ada kejadian luar biasa menjelang Pemilu 2014. Ada satu saja 'gempa politik' maka semua dapat berubah. Ibarat fluktuasi dan inflasi, yang kami takutkan justru inflasi terakhir nantinya akan sebesar apa. Partai-partai lain juga tidak akan diam membaca (situasi) dan survei itu," kata Ganjar.
Tokoh PDI-P Sabam Sirait menilai, keputusan partainya yang tidak ingin terburu-buru mengeluarkan keputusan terkait pemilu presiden sudah tepat. Megawati, kata Sabam, telah menyatakan bahwa penentuan calon presiden akan dilakukan setelah pemilu legislatif. "Partai lain mau mencalonkan lebih dahulu atau sudah mencalonkan itu urusan mereka," ujarnya.
Seluruh kader dan pemimpin PDI-P, kata Sabam, taat perintah sehingga apa pun yang menjadi keputusan partai akan ditaati. Ia memastikan seluruh kader dan pemimpin PDI-P sudah satu suara terkait capres.
Achmad menambahkan, keputusan yang akan diambil Megawati tidak hanya mempertimbangkan dinamika politik, tetapi juga menjadikan pengalaman pahit masa lalu, terutama saat menjalin koalisi dengan Partai Gerindra pada 2009 sebagai pertimbangan lainnya dalam menentukan kapan dan siapa capres yang bakal diusung PDI-P.
Hal senada disampaikan Ganjar. Menurutnya, kesiapan mesin partai, logistik, dan kandidat menjadi pertimbangan holistik bagi PDI-P dan Megawati dalam menentukan capres. PDI-P saat ini hanya menanti momentum.
"Kalau calonnya ayam jago, waktu cepat dan lama sama saja. Ini soal momentum. Taktisnya masih kami hitung untuk bisa memunculkan calon sehingga bisa menggelegar. Ibarat balapan sepeda motor, kami harus tahu kapan kami menikung. Kalau motor sudah fit, bensinnya ada, pengendaranya ada, tinggal tunggu momentum yang pas," ungkapnya.
Beberapa waktu lalu, kata Ganjar, ia pernah berdiskusi dengan Megawati. Saat diskusi, ia melanjutkan, Megawati menyampaikan referensi dan analisis yang bagus. "Saya melihat, Megawati semakin tenang dan matang, termasuk terkait hal ini (capres)," kata Ganjar.
Tunggu Hasil Pileg 2014
Namun, tingginya elektabilitas Jokowi ini masih membuat parpol lain bergeming. Golkar masih tetap yakin akan menangguk suara mayoritas dengan mengusung Aburizal Bakrie (ARB) sebagai capres mereka.
"Kami optimistis Partai Golkar bisa mengusung capresnya sendiri, Bapak ARB. Kami optimistis juga Pak ARB bisa memenangkan pilpres yang akan datang," kata Wakil Sekjen Partai Golkar, Lalu Mara.
Lalu menambahkan, Partai Golkar tetap akan menunggu hasil pemilu legislatif untuk menentukan koalisi dengan partai lain. Ia bahkan meyakini Golkar justru akan didatangi parpol peserta pemilu lainnya untuk diajak berkoalisi.
"Sekarang kami fokus pada pileg dengan strategi one united campaign. Kampanye Partai Golkar, caleg Partai Golkar, dan capres Partai Golkar. Kalau kami memperoleh suara sesuai target 30 persen dan memenangkan pileg, kami yakin biasanya yang menang yang didatengin," ujarnya yakin.
Senada, Ketua Dewan Pembina Partai Golkar Akbar Tanjung meyakinkan partai berlambang beringin itu belum melakukan pendekatan dengan partai lain. "Saya kira belum ada. Yang ada kami berupaya dengan sungguh-sungguh dengan sekuat tenaga dan kelembagaan yang kami miliki, bagaimana partai ini bisa meraih suara yang tinggi dalam pemilihan yang akan datang,” katanya.
Akbar juga menegaskan hingga kini Golkar belum memikirkan untuk menjadi nomor dua jika memang harus berkoalisi. Hal itu disebabkan keyakinan akan memenangkan pileg mendatang. "Masih lama untuk pilpres, kan masih bulan Juli. Kami masih fokus pada pileg," jawabnya terkait pencapresan.
Fungsionaris DPP Golkar Fadel Muhammad menanggapi tingginya eletabilitas Jokowi untuk menjadi capres, melihat bahwa belum saatnya mantan Wali Kota Solo itu menjadi pemimpin negara. Fadel mengungkapkan, selain orang baru, Jokowi diharapkan sejumlah kalangan, termasuk akademikus untuk menyelesaikan dulu tugasnya sebagai Gubernur DKI. "Itu adalah amanat. Paling tidak selesaikan satu periode," tuturrnya.
Dari Demokrat, Ketua Pelaksana Harian DPP Demokrat Syarif Hasan juga menyebut bahwa partainya saat ini hanya fokus pada pileg. Dengan dinamika politik yang terjadi saat ini, perolehan suara 15 persen untuk Demokrat dalam Pileg 2014 adalah target yang paling realistis.
Terkait kemungkinan koalisi, anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Ahmad Mubarok mengatakan Demokrat sangat bisa berkoalisi dengan PDI-P. Namun hal itu agak muskil selagi PDIP masih dipimpin Megawati.
Saat ditanya alasannya kenapa tidak mungkin berkoalisi dengan Megawati, Mubarok menyampaikan karena komunikasi Demokrat dengan Megawati kurang lancar. Saat ditanya apakah bila Jokowi maju sebagai capres PDI-P akan menjadi tantangan berat bagi Demokrat, Mubarok belum bisa menilai. "Belum bisa sampai ke situ karena PDI-P pun belum mau bicara pilpres sampai dengan pileg," katanya.
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon mengatakan, partainya menungu hasil pileg dan masih tetap dengan keputusan untuk mencalonkan Prabowo Subianto sebagai capres. Ada atau tidaknya rencana untuk berkoalisi dengan PDI-P, pihaknya akan lihat dulu hasil pileg.
"Kalau kami melebihi 20 persen, ya tentu kami akan lebih mudah untuk menentukan kerja sama dengan siapa atau jalan sendiri," katanya.
Sumber :
shnews.co
Tidak ada komentar:
Posting Komentar