Seribu satu masalah membelit Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo atau
Jokowi. Kompleksnya persoalan ibu kota menuntut bekas wali kota Solo itu
tak bisa hanya memprioritaskan satu atau dua masalah besar untuk segera
dicarikan solusinya, semisal persoalan banjir atau kemacetan.
Masalah-masalah
lain pun butuh sentuhan cepat dari Jokowi, seperti penanganan persoalan
yang menyangkut fasilitas publik. Beberapa hasil kerja keras Jokowi di
fase awal pemerintahan kini sudah mulai bisa dinikmati warga ibu kota.
Ada
satu pemandangan baru di jalan protokol Sudirman–Thamrin. Wajah kota
yang selalu tampak sibuk itu kini dipercantik dengan kehadiran
bangku-bangku taman di sepanjang koridor jalan. Bangku yang terbuat dari
batangan kayu jati itu terlihat elegan karena warna kayu asli tetap
dipertahankan. Hanya dilapis pelitur. Adapun besi penyangga bangku dicat
warna putih.
Bangku taman itu diletakkan secara teratur sehingga
tidak mengganggu pemandangan mata. Umumnya diletakkan di dekat pohon
atau dekat halte busway. Jaraknya pun diatur sedemikian rupa, sekitar 30
meter sehingga tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh satu sama
lainnya.
Rupanya, selain mempercantik wajah ibu kota,
bangku-bangku itu juga memberikan kenyamanan bagi masyarakat. Pantauan
detikcom pada Selasa malam lalu, bangku-bangku kapasitas tiga-empat
orang itu tampak diduduki supir taksi yang ngaso, warga yang menunggu
bis, atau yang bersantai sambil minum dan baca buku.
Salah satu
lokasi pemasangan bangku yakni di depat pusat perbelanjaan FX di
bilangan Senayan, Jakarta Selatan. “Sekarang enak sih, jadi bisa duduk
nyaman di sini. Biasanya kita duduk di emperan itu kalau nunggu
jemputan,” kata Tara, 20 tahun sambil menunjuk tembok taman di depan FX.
Di
atas tembok pembatas taman setinggi 30 sentimeter itu ditancapkan besi
tumpul setinggi 10 sentimeter. Keberadaan besi-besi itu sengaja dibuat
untuk mencegah orang duduk di taman.
Tara biasanya
“terpaksa”duduk di tembok taman itu meski berisiko tak nyaman dan
pakaiannya tersangkut di besi. Pasalnya, jemputannya kadang terlambat
datang karena macet. “Kalau menunggu bisa sampai sejam, soalnya rumahku
kan jauh di Bintaro,” kata dara yang bekerja sebagai kasir di salah satu
outlet di FX itu.
Senada dengannya, Apri, 19 tahun, pun
menuturkan hal yang sama. Apri adalah warga Cilandak yang bekerja
sebagai sales promotion girl di Guardian di dalam mal FX. “Senang banget
ada bangku ini, dulu kalau nunggu ya kita berdiri, tapi kan suka pegal
juga kalau bisnya lama datang,” tutur dia.
Ketika disinggung
tentang asal muasal bangku itu, baik Apri maupun Tara berujar itu adalah
usulannya Jokowi. Gubernur yang masih jauh dari genap setahun
kepemimpinannya itu memang diketahui sempat berjanji untuk membenahi dan
menambah ruang-ruang terbuka di ibu kota.
Jokowi yang dikenal
doyan blusukan itu memilih untuk menempatkan fasilitas publik berupa
bangku di jalur utama tersebut. Sebanyak 340 bangku taman dipasang untuk
memberikan kenyamanan bagi para pejalan kaki.
Selain bangku,
pemerintah juga memberikan fasilitas wifi gratis di sepanjang jalan
Sudirman-Thamrin. “Ini untuk memberikan kenyamanan kepada warga, selain
itu juga mempercantik trotoar,” kata Jokowi.
Bangku–bangku itu
didatangkan secara bertahap dari pabrik perakitan di Klaten, Jawa
Tengah. Sejak Juni lalu, bangku mulai dipasang di Jalan Sudirman di
Jakarta Selatan hingga Jalan Merdeka Barat dan Kebon Sirih, Jakarta
Pusat. Rencananya Pemda DKI juga akan menyediakan bangku serupa di
trotoar-trotoar jalan lain di seantero Jakarta.
*****
Perbaikan
tanggul pada Kanal Banjir Barat di sisi Jalan Latuharhary, Menteng,
Jakarta Pusat, kini masih tetap berlanjut. Pemerintah menepati janjinya
untuk membuat dinding penahan di tepi tanggul dari material beton
(parepart wall). Dari pantauan detikcom pada Selasa (23/7) malam,
pengerjaan konstruksi fisik tepat di lokasi tanggul yang jebol pada
medio Januari lalu itu, sudah mulai berdiri dinding penahan.
Namun
dinding bermaterial beton itu masih ditopang dengan papan menandakan
beton masih belum kering. “Tingginya itu nanti 3,5 meter di atas tanah
ditambah pondasi ke dalam tanah 2 meter,” kata Heru, seorang pekerja
konstruksi yang ditemui di lokasi, kemarin.
Pembangunan dinding
penahan rencananya akan dilakukan di sepanjang tepi kanal, mulai dari
Kampung Melayu, Manggarai, Pasar Rumput, Harmony, hingga daerah
Pengalengan di belakang stasiun kereta karet.
Parepart yang sudah
mulai dibangun baru terlihat sepanjang 20 meter. Dinding itu benamkan
ditengah-tengah tumpukan batu kali dan batu gunung yang dibalut anyaman
kawat pembungkus batu di sisi kali.
Tepat di bantaran kali
terlihat sebuah alat berat beko warna kuning dan tumpukan tanah hasil
pengerukan. Pembangunan dinding penahan beton tersebut nantinya akan
dibuat seperti parepart yang sudah ada di sepanjang sisi sungai dekat
halte busway Harmoni.
Meski pembangunan masih belum rampung,
beberapa warga terlihat sudah beraktivitas di sana seperti berdagang
asongan, juga jadi tempat berteduh penarik gerobak. Tak jauh dari lokasi
pembangunan parepart juga digunakan oleh beberapa warga untuk tempat
bersantai.
Atmo, 61 tahun, salah satu pedagang asongan di
Latuharhary mengatakan pembangunan parepart tersebut salah satunya
karena Jokowi diketahui hampir setiap hari blusukan ke sana memantau
penanggulangan darurat tanggul. “Tapi mulai ini (parepart) dibangun, dia
belum pernah lagi datang ke sini,” kata Atmo yang juga saksi mata saat
tanggul jebol.
Blusukan Jokowi, yang saat itu banyak disorot
media memang menjadi salah satu faktor yang berpengaruh pada percepatan
penanganan tanggul. Hasanuddin, petugas keamanan dari Jaya Konstruksi
yang bertugas di dekat tanggul mengatakan hal senada. “Tanggul ini
memang sudah waktunya diperbaiki, tapi ya ini karena Jokowi dan Pemda
juga,” tegas dia.
*****
Pengamat politik yang juga Guru
Besar Ilmu Politik dari Universitas Indonesia Iberamsjah justru
mempertanyakan kinerja Jokowi yang merupakan kader Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan itu. Iberamsjah menilai Jokowi belum memberikan
perubahan yang besar sepanjang memimpin Jakarta dalam kurun sekitar
sembilan bulan. Padahal, Jokowi dikenal sangat giat blusukan ke berbagai
lokasi.
“Masa evaluasi umpan balik blusukan itu ya 9 bulan
hingga 1 tahun, tapi umpan baliknya enggak ada, malah tambah macet,
banjir tidak tertangani, KJS dan PKL juga bermasalah, jadi sebenarnya
enggak ada perbaikan,” kata dia kepada detikcom, Selasa (23/7).
Iberamsjah
mengakui aksi blusukan Jokowi yang membuatnya lebih banyak di lapangan
daripada di balik meja sebenarnya hal yang baik. Pasalnya, kegiatan ini
membuat Jokowi bisa lebih mudah mendapat fakta dan informasi secara
lengkap dan menuangkannya dalam kebijakan yang akan diambil. “Tapi kalau
itu hanya kepura-puraan untuk tingkatkan elektabilitas, ya jahat
sekali.”
Adapun Kepala Biro Daerah dan Kerja Sama Luar Negeri
Pemprov DKI Jakarta, Heru Budi Hartono, menyatakan aksi blusukan Jokowi
acap kali bermanfaat untuk mencari solusi. Jokowi tak sungkan terjun
langsung ke lokasi pasar tradisional, perkampungan kumuh, selokan,
bantaran kali Ciliwung, kawasan rawan banjir. “Jadi kegunaannya beliau
tahu kantong-kantong yang harus diberi prioritas dengan melihat
kondisinya,” ujar Heru.
Dengan observasi langsung, Heru menilai
arahan Jokowi biasanya lebih tajam saat mencari solusi. “Misalnya di
rumah susun Marunda itu beliau lihat perlu ada perbaikan, penambahan
volume air bersihnya, transportasi umum dan pembuangan sampah,” kata
Heru.
Selain pembangunan fisik, Jokowi juga kerap inspeksi
mendadak ke berbagai kantor lembaga pemerintahan dan dinas-dinas. Dia
melakukan reformasi PNS dan memeriksa pelayanan.
Sumber :
detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar