Blusukan atau mengunjungi berbagai pelosok Jakarta yang dilakukan
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) dinilai sia-sia hanya
menghambur-hamburkan anggaran, karena menghabiskan Rp 26,6 miliar per
tahun.
"Blusukan Jokowi hanya menghabiskan anggaran, tanpa ada solusi buat
warga Jakarta," kata Direktur Investigasi dan Advokasi Forum Indonesia
untuk Transparasi Anggaran (FITRA), Ucok Sky Khadafi, di Jakarta,
Selasa, (23/7/2013). Menurutnya, temuan FITRA untuk anggaran blusukan atau
dalam peraturan gubernur disebut belanja penunjang operasional kepala
daerah (KDH) dan wakil kepala daerah (WKDH), mencapai angka Rp
26.670.450.000 per tahun.
Ucok mengatakan, angka Rp 26,6 miliar tersebut bisa dilihat dari
lampiran III Peraturan Gubernur Nomor 10 tahun 2013, tertanggal, 25
Februari 2013, pada halaman 50.
Kalau per bulan anggaran blusukan Jokowi sebesar Rp 2,2 miliar, maka
jika dihitung per hari berarti akan didapat angka sebesar Rp 74 juta.
Jika Rp 74 juta dibagi dua, yakni untuk Ahok dan Jokowi, berarti
masing-masing biayanya sebesar Rp 37 juta per hari.
Sedangkan untuk membenahi Jakarta, tandas Ucok, bukan dengan cara
blusukan, tetapi dengan cara membenahi birokrasi, yakni menata secara
baik para aparat birokrasi, dan mengajarkan aparat Pemda DKI melayani
rakyat dengan tulus, tanpa embel-embel apapun, termasuk melakukan pungli
kepada rakyat.
"Jadi, persoalan bukan ada pada rakyat, tetapi persoalan akut Jakarta
itu seperi korupsi ada di birokrasi yang dipimpin oleh Jokowi sendiri,"
tudingnya.
Jadi, imbuh Ucok, selama ini, blusukan Jokowi ke. sejumlah tempat di
Jakarta, memperlihatkan bahwa rakyat sekan-akan merupakan persoalan bagi
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta itu sendiri. Padahal, rakyat Jakarta
paling mudah diatur dan paing sulit.
"Jadi, susah diatur itu para birokrat sendiri. Jadi, anggaran
blusukan ini jangan-jangan dijadikan sebagai panggung tahun 2014, yang
uangnya berasal dari pajak rakyat dan APBD Jakarta," pungkasnya.
Sumber :
gatra.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar