Usai melakukan kunjungan kerja ke Sumut, Presiden RI, Joko Widodo,
menggelar rapat terbatas bidang ekonomi di Kantor Presiden RI. Rapat
tersebut membahas sejumlah hal, mulai dari pajak, subsidi BBM, hingga
kepercayaan pasar.
"Kita harus menunjukkan pada pasar bahwa kita
bisa menyelesaikan masalah yang ada," ujar Jokowi dalam sambutannya, di
Kantor Presiden, Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta, Kamis (30/10/2014).
Hadir
para menteri bidang ekonomi, seperti Menko Perekonomian Sofyan Djalil,
Menkeu Bambang Brodjonegoro, Menteri BUMN Rini Soemarno, Menaker Hanif
Dhakiri, Menteri PU dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Menteri
Perindustrian Salih Husin, Menteri Perdagangan Rachmat Gobel, Menkop UKM
AAGN Puspayoga Menteri Pertanian Amran Sulaiman dan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar.
Dalam kesempatan itu,
Jokowi meminta kepada menteri-menterinya untuk melihat peluang ekonomi
di sektor pajak. Jokowi menginginkan pendapatan negara dari sektor pajak
ditingkatkan.
"Sudah beberapa kali kita hitung hal-hal yang
berkaitan dengan perpajakan ternyata dari segi potensi masih sangat
besar sekali peluangnya. Sehingga itulah yang harus kita kerjakan,"
ujarnya.
Jokowi meminta kepada jajarannya untuk melaksanakan
tugas dan instruksinya dengan baik. Jokowi juga berharap kinerja
jajarannya memiliki hasil yang maksimal.
Dalam rapat tersebut,
Jokowi juga membahas masalah anggaran subsidi. "kita akan membahas
perihal subsidi, pembiayaan, dan menumbuhkan optimisme pasar," ujarnya.
Di saat bersamaan, Jokowi juga
mengeluhkan rendahnya penerimaan pajak di era kepemimpinan Susilo
Bambang Yudhoyono (SBY).
"Kalau dilihat rasio sepuluh tahun
terakhir ini hanya naik 0,1 persen. Sejak tahun 2005-2013 penerimaan
pajak tidak pernah tercapai. Kemudian juga tax coverage rasio hanya 53
persen," kata Jokowi.
Menurut Jokowi, potensi pajak sebagai pemasukan negara masih sangat besar,
salah satunya dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN), namun hanya menyumbang
50 persen. Atas alasan itu, Jokowi meminta para pembantunya bekerja
keras demi meningkatkan pendapatan negara.
"Sudah beberapa kali
kita hitung hal-hal yang berkaitan dengan perpajakan ternyata dari segi
potensi masih sangat besar sekali peluangnya. Sehingga itulah yang harus
kita kerjakan," lanjutnya.
Jokowi mengaku sangat optimis
penerimaan negara bisa ditingkatkan, mengingat jumlah wajib pajak di
Indonesia mencapai 24 juta jiwa. "Yang menyampaikan SPT hanya 17 juta,
dan hanya 10 juta atau 60 persen," keluh Jokowi. [merdeka]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar