M Arsad (MA), tukang tusuk sate ditangkap polisi karena mengunggah
gambar persetubuhan doggy style "Jokowi-Mega". Tak sedikit
kalangan yang menyayangkan tindakan pihak polisi itu, sebab kasus lain
seperti Obor Rakyat masih mangkrak.
Ketua Presidium Indonesia
Police Watch (IPW) Neta S Pane menilai tindakan polisi menangkap tukang
tusuk sate itu bisa mempermalukan Presiden Jokowi.
Padahal, lanjut Neta,
dua tersangka Obor Rakyat yang juga dituduh menghina Jokowi hingga kini
belum ditahan.
"Sikap elite Polri yang diskriminatif ini hanya
akan mempermalukan Jokowi sebagai korban dan sebagai presiden. Publik
bisa menuding bahwa Jokowi lah di balik semua ini, yang memerintahkan
penangkapan terhadap MA," ujar Neta dalam rilis yang diterima
merdeka.com, Kamis (30/10/2014).
Neta menjelaskan, Jokowi harus segera
turun tangan dan memerintahkan petinggi Polri menuntaskan kasus Obor
Rakyat. Dengan cara memeriksa semua pihak yang terlibat, terutama pihak
yang membiayai tabloid tersebut.
"Sesungguhnya elite Polri sudah
mempermalukan dirinya sendiri maupun institusinya, elite Polri sudah
memperburuk citra institusinya di hadapan khalayak luas. Kasus Obor
Rakyat lebih berat ketimbang kasus MA karena menyebarkan isu SARA,
memecah belah umat, menyudutkan Jokowi, dan menyebar kebencian," jelas
Neta. [merdeka]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar