Badan Pengkajian dan Penyerapan Teknologi (BPPT) menyiapkan perangkat
untuk pemilihan umum secara elektronik (e-voting). Presiden terpilih
Joko Widodo (Jokowi) mengapresiasi adanya upaya itu.
"Kalau memungkinkan,
ya bagus. Semua yang berkaitan dengan elektronik itu bagus," kata Jokowi
di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakpus, Jumat (19/9/2014).
Meski
mengapresiasi temuan itu, Jokowi justru menitikberatkan penemuan ini
pada tingkat kepercayaan masyarakat yang harusnya juga meningkat.
"Kan harus dibangun juga apakah masyarakat percaya," kata Jokowi.
BPPT
pernah memamerkan alat ini dalam pameran dan seminar 'Indonesia
Menjawab Tantangan Masa Depan' yang dilaksanakan relawan Jokowi-JK di
Tugu Proklamasi pada awal September. Sayangnya, meski peralatan ini
sudah siap namun belum ada payung hukumnya
"Kita sudah siap
dengan peralatan ini. Yang dibutuhkan sekarang adalah payung hukumnya
dan pengadaannya," kata Chief Engineer program e-voting PTIK BPPT,
Faisol Abdullah, di pameran dan seminar relawan Jokowi-JK, RJK2, di Tugu
Proklamasi,Sabtu (6/9/2014)
Dalam kesempatan itu, Faisol menjelaskan
MK sudah memboleh lewat putusannya pada 2010. Namun, peraturan PKPU
belum memayungi penggunaan alat e-voting ini.
Alat ini sudah pernah dicoba di 3 tempat pemilihan sekelas kepala desa.
Peralatan
yang digunakan terlihat cukup sederhana, yakni monitor-PC (jenis all in
one), printer, kartu elektronik, dan pembaca kartu elektronik (card
reader). Alat ini juga mengakomodir pilihan Golput pemilih.
Dalam
kesempatan berbeda, Wakil Presiden Terpilih, Jusuf Kalla pesimis alat
ini bisa digunakan di Indonesia. Menurutnya cara pemilihan elektronik
hanya bisa dilaksanakan beberapa negara maju.
"Dengan pulpen
saja (mencontreng) tidak percaya, apalagi dengan elektronik padahal
semua orang sudah punya HP," ujar JK di acara dialog Pemimpin Peduli, di
Balai Kartini, Jakarta Selatan, Kamis (18/9/2014). [detik]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar