Jumat, 19 September 2014

Akhirnya Prabowo Menangis Juga

Konstelasi politik nasional terus bergerak dinamis. Jika sebelumnya Koalisi Merah Putih kompak untuk bersama membangun kekuatan penyeimbang pemerintahan Jokowi-JK di parlemen, kini koalisi pendukung Prabowo-Hatta itu menunjukkan sejumlah indikasi bakal pecah. Gong perpecahan pertama ditabuh oleh Partai Demokrat yang dengan lugas mendukung pemilihan kepala daerah secara langsung oleh rakyat.
Guguran bongkahan Koalisi Merah Putih gamblang terlihat menyusul dentum gong dari Partai Demokrat, guguran bongkahan jatuh satu persatu seakan menguliti habis asa sang penggagas Koalisi Merah Putih, Prabowo Subianto. Harta benda hingga harga diripun tampak telanjang terpapar di tepi jalan tanpa seorangpun mau iba padanya.
Meski masing-masing elite parpol di Koalisi Merah Putih membantah partainya bakal hengkang dari istana pertahanan terakhir Prabowo, sejumlah gejala menunjukkan beberapa parpol tengah mencoba merapat ke kubu Jokowi-JK. Adalah Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang santer dikabarkan bakal menyeberang ke kubu Jokowi-JK. Jika benar terjadi, tentu menjadi hal buruk bagi Koalisi Merah Putih dan Prabowo diselimuti duka, kecewa geram dan entah kata apalagi yang bisa untuk menggambarkan suasana kebatinannya. Entah karma tragedi 98 atau apa yang sedang bekerja menelanjangi sang penggagas koalisi, sang pengecat lambang negara dengan warna merah darah. Kekuatan mereka yang berada di luar pemerintahan tentu akan berkurang.

Berikut sejumlah tanda Koalisi Merah Putih rapuh dan di ujung tanduk :

Gerindra akui cuma PKS yang setia
Ketua DPP Partai Gerindra Desmond Junaidi Mahesa mengakui sampai saat ini hanya PKS yang setia pada Koalisi Merah Putih. Hal itu jika dilihat dari sisi loyalitas.
"Kalau bicara konsistensi, loyal dan macam-macam ya tampaknya kita (Gerindra) sama seperti PKS," kata Desmond saat dihubungi, Jumat (19/9/2014).
Menurutnya, keberlangsungan Koalisi Merah Putih akan sangat tergantung pada agenda partai-partai pengusung pada 2015 mendatang.
"Apakah ini menguatkan Koalisi Merah Putih atau merapat kepada kekuasan politik. Jadi, misalnya nanti PPP akan kongres 2015, PAN 2015, Golkar juga gitu kan. Kalau hari ini misalkan PPP, PAN tanda-tandanya ke sana (Rakernas PDIP), bukan sesuatu yang baru dan kita siap menghadapinya," tutur Desmond.
Gerindra, lanjut Desmond, akan belajar dari PDIP apabila nantinya partai pengusung Koalisi Merah Putih bubar.
"Kita belajar pengalaman dari PDIP yang lalu lah, dia kan sendiri ya nggak apa-apa. Apalagi kita bersama PKS. Ada teman kita cukup satu, Alhamdulillah," tutup Desmond.

PAN dan PPP hadiri Rakernas PDIP
PDIP menggelar Rakernas di Semarang, Jawa Tengah. Selain parpol anggota koalisi Jokowi-JK, pembukaan Rakernas juga dihadiri perwakilan PPP dan PAN.
PPP dan PAN merupakan parpol anggota Koalisi Merah Putih. Dari PPP hadir Plt Ketum Emron Pangkapi dan Wasekjen Isa Muchsin. Sementara dari PAN hadir Waketum Dradjad Wibowo dan Ketua DPP Tjatur Sapto Edy.
Meski dari kedua parpol tersebut membantah kehadiran elitenya dalam rangka pendekatan dengan kubu Jokowi-JK, sebelumnya kabar kedua parpol itu bakal hijrah ke koalisi Jokowi-Jk ramai berhembus.
Apalagi Jokowi kemarin lusa sempat pede kekuatan pendukungnya di parlemen bakal segera bertambah.

Gerindra Akui 25 September 2014 Penentuan PAN dan PPP
Ketua DPP Partai Gerindra Desmond Junaidi Mahesa angkat bicara soal kehadiran elite PPP dan PAN di Rakernas PDIP. Menurutnya, perlu dilihat sosok yang hadir dalam Rakernas PDIP tersebut, pasalnya PPP saat ini ada dua kubu yang berseberangan.
"Kalau ke sana (rakernas PDIP) dalam rangka apa? Pertanyaannya kalau PPP ini yang mana ke sana? Gitu kan. (Posisi) Suryadharma Ali (di PPP), itu kan perlu dilihat juga. Makanya kita lihat sampai tanggal 25 (Paripurna RUU Pilkada). Yang paling berpengaruh kan lewat dari situ," jelas Desmond, Jumat (19/9/2014).
Menurutnya, 25 September juga dinilai sebagai titik penentuan komitmen PAN terhadap Koalisi Merah Putih.
"Yang kedua kita lihat PAN tanggal 25 nanti putar balik enggak? Kalau putar balik, pecah ya biasa saja," imbuh Desmond.

Gerindra Akui Koalisi Merah Putih Rapuh
Ketua DPP Partai Gerindra Desmond Junaidi Mahesa mengakui bahwa dasar Koalisi Merah Putih sudah rapuh. Hal itu dimulai dari Partai Golkar yang ingin bergabung dengan koalisi Jokowi-JK, disusul dengan PAN, kemudian PPP.
"Memang dasarnya sudah rapuh ya. Kalau partai-partai ini ke sana gitu pada saat mendukung Prabowo, ya bisa dibilang ini pilihan, jadi posisi tawar menawar dari partai non Gerindra terhadap kekuasaan politik PDIP dan Jokowi kan," tutur Desmond, Jumat (19/9/2014).
Desmond melihat kondisi ini sudah lazim dalam politik di mana posisi partai yang berseberangan merupakan salah satu kendaraan politik dan strategi untuk meningkatkan daya tawar.
"Jadi nih KMP ini dijadikan kendaraan juga untuk posisi meningkatkan tawar, kalau enggak kan enggak dilirik. Enggak ada tawar kan. Jadi adanya KMP ini posisi tawar, dan bukan hal yang baru dalam dunia politik di Indonesia," tutup Desmond.

Koalisi Merah Putih Diprediksi Segera Bubar
Direktur Lingkar Madani Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti memperkirakan kekuatan koalisi Merah Putih tidak akan bertahan lama lagi. Dia melihat dari ketidakkompakan soal RUU Pilkada.
"Usia koalisi Merah Putih tidak akan lama lagi," kata Ray dalam diskusi di Resto Tong Tji Tea House, Gedung Menteng Huis, Jl. Cikini Raya, Jakarta, Jumat (19/9/2014).
Ray menilai kekompakan koalisi Merah Putih sudah menurun dibandingkan ketika merumuskan UU MD3. Selain itu, salah satu pilar koalisi Merah Putih yaitu Partai Demokrat saat ini tengah berupaya merapat ke kubu Jokowi-JK.
"Mereka tidak sesolid waktu meloloskan UU MD3 dan Demokrat tengah merapat ke Jokowi-JK, karena kursinya tidak signifikan di Pemilu 2014," katanya.
Meski demikian, Ray mengatakan bahwa solid tidaknya koalisi Merah Putih akan diuji saat pemilihan ketua DPR RI.
"Di sinilah akan diuji mereka akan bertemu lagi saat pertemuan pemilihan ketua DPR," paparnya.
Direktur Lingkar Madani Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti memperkirakan kekuatan koalisi Merah Putih tidak akan bertahan lama lagi. Dia melihat dari ketidakkompakan soal RUU Pilkada.
"Usia koalisi Merah Putih tidak akan lama lagi," kata Ray dalam diskusi di Resto Tong Tji Tea House, Gedung Menteng Huis, Jl. Cikini Raya, Jakarta, Jumat (19/9/2014).
Ray menilai kekompakan koalisi Merah Putih sudah menurun dibandingkan ketika merumuskan UU MD3. Selain itu, salah satu pilar koalisi Merah Putih yaitu Partai Demokrat saat ini tengah berupaya merapat ke kubu Jokowi-JK.
"Mereka tidak sesolid waktu meloloskan UU MD3 dan Demokrat tengah merapat ke Jokowi-JK, karena kursinya tidak signifikan di Pemilu 2014," katanya.
Meski demikian, Ray mengatakan bahwa solid tidaknya koalisi Merah Putih akan diuji saat pemilihan ketua DPR RI.
"Di sinilah akan diuji mereka akan bertemu lagi saat pertemuan pemilihan ketua DPR," paparnya.  [merdeka]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar