Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) mengaku telah disadap di kantor dan rumahnya
sejak bulan Desember 2013. Menanggapi hal tersebut, Kepala Lemsaneg
Djoko Setiadi memberikan saran agar Jokowi lebih berhati-hati.
"Kalau
itu (penyadapan) bisa dilakukan siapa saja. Saya sarankan agar pak
Jokowi bisa lebih hati-hati dan jaga diri," kata Djoko di kantornya,
Jalan Haryono, Ragunan, Jaksel, Jumat (28/2/2014).
Ia mengatakan
para pejabat negara menggunakan alat pendeteksi resmi yang dikeluarkan
oleh Lemsaneg. "Seharusnya menggunakan alat resmi jangan yang swasta.
Kalau menggunakan alat swasta, jangan-jangan malah dari alat itu bisa
disadap," ungkapnya.
Dalam kesempatan yang sama, Gubernur DKI
Joko Widodo memastikan kerjasamanya dengan Lemsaneg tak ada hubungannya
dengan penyadapan yang dialaminya. Kerjasama ini salah satunya untuk
mengatasi penyadapan lebih lanjut terhadap dirinya dan data-data milik
pemprov DKI.
"Juga masalah sadap menyadap peralatan semuanya ada.
Baik untuk deteksi, proteksi dan memasang kontra penginderaan. Apalagi
yang dibutuhkan? Semuanya ada sama Lemsaneg. Nggak perlu pakai
swasta-swasta punyalah," pungkasnya.
Penyadapan terhadap Jokowi
pertama kali dikatakan oleh Sekjen PDIP, Tjahjo Kumolo. Jokowi pun
membenarkan bahwa penyadapan terhadap dirinya terjadi pada Desember
2013. Di rumah dinasnya, Jalan Taman Suropati ditemukan 3 alat sadap
yakni di kamar tidur, ruang makan pribadi dan ruang makan untuk rapat.
Tak hanya itu, saat dideteksi ternyata di kantornya juga ditemukan alat
sadap.
Sumber :
detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar