Meskipun hasil survei Lembaga Demokrasi Bertanggungjawab (LDB), Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) dinilai nyaris sempurna sebagai capres dengan komunikasi politik terbaik dan dahsyatnya duet Jokowi Jusuf Kalla, tetapi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) menanggapi dingin-dingin saja. Hal ini dikemukakan oleh Wakil Ketua Bappilu PDI-P, Tubagus Hasanuddin
"Saya punya pengalaman dengan hasil survei-survei itu, dua kali saya malu," kata Hasanuddin di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (6/11/2013).
Hasanuddin mengisahkan, dirinya pernah 'kecele' dengan hasil penelitian lembaga survei dalam sejumlah Pilkada yang pernah dia tangani. Menurutnya, hasil survei atau penelitian tidak sepenuhnya bisa dijadikan pedoman dalam menentukan pilihan politik.
"Karena saya punya pengalaman dengan hasil survei-survei itu, dua kali saya malu. Pada 2008 Agum Gumelar top margotop di survei, ternyata kalah sama Dede Yusuf. Kemudian, kemarin waktu kita maju Dede Yusuf, itu di survei tinggi sekali. Tapi ternyata si Aher (Ahmad Heryawan) yang naik," kisah Hasanuddin.
Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri tak ingin gegabah mendeklarasikan Jokowi sebagai capres beserta cawapresnya. Ini semata-mata karena masalah momentum. "Dalam perang, kita perlu timing (waktu) yang tepat. Kalau memenangkan 50 persen, tunggu saja nanti," ujarnya.
Apa tidak khawatir Jokowi akan berpaling ke partai lain jika PDI-P terlalu lama menggantung pencapresan Jokowi?
"Andaikan dia pergi ya sudah, 'say hello'. Nggak mungkin. Karena kekuatannya dia di PDI-P," ujarnya yakin.
Dalam penelitian LDB, Jokowi mengalahkan Aburizal Bakrie dan Megawati Soekarnoputri dalam hal komunikasi politik.
"Kekuatan Jokowi dia bisa nempel dan dekat dengan audience, bahasa sederhana dan bicara selalu problem solving, apa adanya. Jokowi nyaris sempurna," tutur Direktur Eksekutif LDB Tjipta Lesmana.
Sumber :
detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar