Lingkaran Survei Indonesia (LSI) dinilai konyol alias tidak jelas. Sebab, hasil survei yang dirilis LSI sebelumnya (Minggu, 20/10/2013) menyebut Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) hanya sekedar calon presiden (Capres) wacana.
Namun hasil itu justru berbeda dengan hasil survei yang dirilis LSI pada pekan berikutnya yakni Minggu (03/11/2013). Dimana, hasil survei tersebut menempatkan Jokowi dan Prabowo diposisi puncak sebagai Capres 2014 dari partai nasionalis.
Menanggapi dua hasil survei itu, Pakar Komunikasi Politik, Tjipta Lesmana mengatakan, lembaga survei yang diketuai Denny JA itu tidak konsisten dengan hasil survei yang telah dirilis sebelumnya.
Menurutnya, lembaga survei Denny JA itu tidak jelas dan tidak bisa dijadikan sebagai rujukan.
"Konyol survei Denny JA ini, itu mengobati hasil survei sebelumnya," kata Tjipta, saat dihubungi, Rabu (06/11/2013).
Dia menjelaskan, hasil survei LSI yang baru saja dirilis untuk menebus kesalahan fatal dalam survei yang dilakukan sebelumnya.
"Survei LSI yang kemarin itu mengobati kesalahan fatal survei sebelumnya," pungkasnya.
Sebelumnya, berdasarkan hasil survei yang dirilis LSI, Minggu (03/11/2013) menempatkan Jokowi diurutan teratas sebagai Capres dari partai nasionalis dan disusul oleh Prabowo.
"Joko Widodo (Jokowi) memperoleh suara sebesar 38,3% suara, Prabowo Subianto 11,1% suara, Wiranto 10% suara dan tokoh lain seperti Surya Paloh dan lain-lain dibawah 10%," kata peneliti LSI Adrian Sofa, di Kantor LSI, Rawamangun.
Berbeda dengan hasil survei yang dirilis LSI sebelumnya, menyebut Jokowi maupun Prabowo tidak lebih dari sekedar capres wacana.
"Jokowi dan Prabowo walau tinggi elektabilitasnya, hanya akan menjadi capres wacana. Jokowi bukan petinggi PDIP secara struktural. Maju tidaknya PDIP sebagai capres tergantung keputusan Megawati. Jadi dalam survei ini nama Jokowi tidak dimasukkan," kata Adjie, di Gedung LSI, Minggu (20/10/2013).
Sedangkan untuk Prabowo, menurut Adjie, hanya memiliki elektabilitas 19,2% dan itu di bawah Megawati dan Aburizal Bakrie. Dalam hasil survei LSI kali ini, elektabilitas Prabowo tidak diimbangi dengan elektabilitas Partai Gerindra.
"Partai Gerindra dalam sejumlah survei LSI elektabilitasnya di bawah 10% dan itu di bawah tiga partai besar, Golkar, PDIP, dan Demokrat. Elektabilitas Prabowo belum mampu dikonversi menjadi elektabilitas partai," ujar Adjie.
Sumber :
centroone.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar