Sumber :
Metro TV
Amien Rais Tokoh Plin-plan
Disadur dari : kompasina.com, "Dana Washington: Ketika “Kartu Mati” Amien Rais Dimainkan?"
Masih
ingat dengan isue aliran dana Washington yang diterima oleh pasangan
SBY-JK pada pilpres 2004? Isue itu dilontarkan oleh mantan calon
presiden Amien Rais itu memuncak pada Mei 2007 atau 3 tahun pasca
pilpres 2004.
Tuduhan
Amien yang juga mantan Ketua MPR RI periode 1999-2004 ini tidak bisa
dipandang sebelah mata. Apalagi sebagai profesor dan tokoh yang lama
bergelut dengan dunia politik tanah air, tentunya, Amien tidak mungkin
sembarang mengungkapkannya tanpa disertai bukti.
Dalam pasal 45 UU No. 23 Tahun 2003 disebutkan pasangan calon dilarang menerima sumbangan atau bantuan lain yang berasal dari: negara asing, lembaga asing, lembaga swadaya masyarakat asing, dan warga negara asing.
Dan,
jika ada pasangan yang menerimanya, maka tidak dibenarkan pasangan
tersebut untuk menggunakannya, dan harus melaporkan pada KPU
selambat-lambatnya 14 hari setelah masa kampanye berakhir.
Sedang
bagi pasangan capres-cawapres yang tidak melaporkan adanya aliran dana
asing yang diterimanya adalah ancaman pidana serta dikenai sanksi berupa
pembatalan sebagai pasangan capres-cawapres.
Jadi
jelas, apa konsekuensi bagi pasangan SBY-JK yang saat itu sudah
menjabat sebagai presiden dan wakil presiden bila tuduhan Amien itu
terbukti di pengadilan.
Menjawab
tuduhan tersebut SBY menyatakan akan menuntut Amien jika isu tersebut
terus berkembang di publik karena hal itu tidak benar.
“Saya
akan menggunakan hak saya untuk melakukan proses hukum demi keadilan di
negeri ini,” kata Presiden Yudhoyono dalam acara konferensi di belakang
Istana Merdeka Jakarta. (Sumber)
Tapi, apa yang terjadi kemudian?
Dari Kuala Lumpur, Malaysia SBY
menceritakan telah bertemu dengan Amien di ruang Bandara Halim Perdana
Kusuma pada Minggu 27 Mei 2007. Pertemuan itu disampaikan SBY SBY dalam
konferensi persnya usai mengikuti Malaysia - Indonesia Business
Roundtable, Senin (28/5).
SBY
menjelaskan, pada Sabtu (26/5) sore Mensesneg Hatta Rajasa menghadap
dan menyampaikan bahwa ia telah berkomunikasi lewat telepon dengan Amien
Rais.
“Hatta
menyampaikan kepada saya dan menyarankan ada baiknya kalau saya bisa
bertemu dengan Amien Rais. Setelah saya pertimbangkan dengan seksama,
saya setuju untuk melakukan pertemuan itu,” kata SBY kepada para
wartawan di depan kamarnya yang terletak di lantai 26 Hotel JW Marriott,
Kuala Lumpur.
Esoknya,
Amien Rais terbang dari Yogyakarta untuk bertemu dengan SBY di Lanud
Halim Perdana Kusuma. Dalam pertemuan tersebut, SBY dan Amien Rais
sepakat untuk mengakhiri sebuah konflik politik.
“Karena
kalau ini terus berlangsung, akan membawa hal yang tidak baik bagi
situasi politik nasional. Saya sebagai Kepala Negara juga ingin
menunjukkan kepada rakyat Indonesia, bahwa bisa saja diantara tokoh itu
terkadang berbeda dalam pandangan politik,” jelas SBY.
Keesokan
harinya, masih dari Kuala Lumpur, SBY menekankan sekali lagi bahwa inti
dari pertemuan tersebut adalah kedua pihak bersama-sama berniat baik
untuk tidak melanjutkan masalah yang ada sehingga menimbulkan situasi
politik yang tidak kondusif bagi kelangsungan pembangunan di Indonesia.
“Mudah-mudahan
pertemuan saya dengan Amien Rais pada hari Minggu yang lalu membawa
kebaikan bagi semuanya, terutama dalam kehidupan politik kita,” SBY
menambahkan. (Sumber)
Dan,
memang setelah pertemuan selama 12 menit tersebut, baik Amien tidak
pernah terdengar lagi menyuarakan tuduhannya tersebut. Sikap SBY
terhadap Amien pun berbeda bila membandingkan sikap SBY terhadap Zaenal
Maarif yang dilaporkan atas tuduhan pencemaran nama baik SBY.
Entah
apa yang membuat lokomotif reformasi yang sebelumnya garang dan vokal
itu mendadak bungkam? Apakah ada “kartu mati” Amien yang dipegang dan
disimpan SBY? Dan, kalau pun ada, apa yang membuat Amien mati kutu
dihadapan SBY?
Namun,
sikap Amien setelah pertemuan itu terkesan melunak, bahkan Amien
memberikan dukungan kepada SBY untuk kembali mencalonkan diri sebagai
calon presiden, meskipun pada saat itu mendapat tentangan dari kader
PAN.
Memang,
dalam kasus Bank Century, Amien menunjukkan dirinya sebagai pendukung
pengusutan mega skandal korupsi tersebut. Tapi, bila dicermati sikap PAN
ternyata membebek kepada pilihan Partai Demokrat. Misalnya, PAN memilih
untuk tidak menyebutkan nama yang bertanggung jawab dalam bailout Bank
Century. Puncaknya PAN bersama PD dan PKB mendukung opsi A yang
menyatakan proses fasilitas pendanaan jangka pendek dan penyertaan modal
sementara tidak ada kesalahan baik kebijakan maupun pelaksanaannya.
Bagi
Amien dan SBY pertemuan di bandara Halim 6 tahun lalu itu saja telah
meredam konflik di antara keduanya yang bisa berakibat lebih buruk bagi
keduanya. Jika Amien bisa membuktikan tuduhannya SBY akan dipidanakan
dan dibatalkan kemenangannya. Sebaliknya, bila Amien tidak bisa
membuktikannya, maka Amien akan meringkuk di sel tahanan. Tapi, bagi
publik tuduhan adanya aliran dana Washington merupakan persoalan serius
yang harus dibuka sejelas-jelasnya, karena hal ini menyangkut masalah
yang lebih besar yaitu kedaulatan negara dan bukan sekedar perbedaan
pandangan politik seperti yang disampaikan SBY di Kuala Lumpur.
Dan,
secara tidak langsung akhir dari pertemuan Halim itu mengisyaratkan
kedua tokoh ini saling menyimpan “kartu mati” satu sama lain.
Masalahnya, apakah etis bila kedua tokoh ini, khususnya Amien Rais,
terlibat dalam pembicaraan masalah nasional yang bersifat strategis?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar