Jumat, 13 September 2013

Amien Rais Setelah Gagal Sandingkan Hatta Dengan Jokowi

Ketua Majelis Pertimbangan Partai (MPP) PAN, Amien Rais mengaku meragukan nasionalisme Joko Widodo (Jokowi). Amien menilai kesuksesan kepemimpinan Jokowi di Solo dan Jakarta hanya sebagai pencitraan semata.

Sumber :
Metro TV


Amien Rais Tokoh Plin-plan
Disadur dari : kompasina.com, "Dana Washington: Ketika “Kartu Mati” Amien Rais Dimainkan?"

Masih ingat dengan isue aliran dana Washington yang diterima oleh pasangan SBY-JK pada pilpres 2004? Isue itu dilontarkan oleh mantan calon presiden Amien Rais itu memuncak pada Mei 2007 atau 3 tahun pasca pilpres 2004.
Tuduhan Amien yang juga mantan Ketua MPR RI periode 1999-2004 ini tidak bisa dipandang sebelah mata. Apalagi sebagai profesor dan tokoh yang lama bergelut dengan dunia politik tanah air, tentunya, Amien tidak mungkin sembarang mengungkapkannya tanpa disertai bukti.
Dalam pasal 45 UU No. 23 Tahun 2003 disebutkan pasangan calon dilarang menerima sumbangan atau bantuan lain yang berasal dari: negara asing, lembaga asing, lembaga swadaya masyarakat asing, dan warga negara asing.
Dan, jika ada pasangan yang menerimanya, maka tidak dibenarkan pasangan tersebut untuk menggunakannya, dan harus melaporkan pada KPU selambat-lambatnya 14 hari setelah masa kampanye berakhir.
Sedang bagi pasangan capres-cawapres yang tidak melaporkan adanya aliran dana asing yang diterimanya adalah ancaman pidana serta dikenai sanksi berupa pembatalan sebagai pasangan capres-cawapres.
Jadi jelas, apa konsekuensi bagi pasangan SBY-JK yang saat itu sudah menjabat sebagai presiden dan wakil presiden bila tuduhan Amien itu terbukti di pengadilan.
Menjawab tuduhan tersebut SBY menyatakan akan menuntut Amien jika isu tersebut terus berkembang di publik karena hal itu tidak benar.
“Saya akan menggunakan hak saya untuk melakukan proses hukum demi keadilan di negeri ini,” kata Presiden Yudhoyono dalam acara konferensi di belakang Istana Merdeka Jakarta. (Sumber)
Tapi, apa yang terjadi kemudian?
Dari Kuala Lumpur, Malaysia SBY menceritakan telah bertemu dengan Amien di ruang Bandara Halim Perdana Kusuma pada Minggu 27 Mei 2007. Pertemuan itu disampaikan SBY SBY dalam konferensi persnya usai mengikuti Malaysia - Indonesia Business Roundtable, Senin (28/5).
SBY menjelaskan, pada Sabtu (26/5) sore Mensesneg Hatta Rajasa menghadap dan menyampaikan bahwa ia telah berkomunikasi lewat telepon dengan Amien Rais.
“Hatta menyampaikan kepada saya dan menyarankan ada baiknya kalau saya bisa bertemu dengan Amien Rais. Setelah saya pertimbangkan dengan seksama, saya setuju untuk melakukan pertemuan itu,” kata SBY kepada para wartawan di depan kamarnya yang terletak di lantai 26 Hotel JW Marriott, Kuala Lumpur.
Esoknya, Amien Rais terbang dari Yogyakarta untuk bertemu dengan SBY di Lanud Halim Perdana Kusuma. Dalam pertemuan tersebut, SBY dan Amien Rais sepakat untuk mengakhiri sebuah konflik politik.
“Karena kalau ini terus berlangsung, akan membawa hal yang tidak baik bagi situasi politik nasional. Saya sebagai Kepala Negara juga ingin menunjukkan kepada rakyat Indonesia, bahwa bisa saja diantara tokoh itu terkadang berbeda dalam pandangan politik,” jelas SBY.
Keesokan harinya, masih dari Kuala Lumpur, SBY menekankan sekali lagi bahwa inti dari pertemuan tersebut adalah kedua pihak bersama-sama berniat baik untuk tidak melanjutkan masalah yang ada sehingga menimbulkan situasi politik yang tidak kondusif bagi kelangsungan pembangunan di Indonesia.
“Mudah-mudahan pertemuan saya dengan Amien Rais pada hari Minggu yang lalu membawa kebaikan bagi semuanya, terutama dalam kehidupan politik kita,” SBY menambahkan. (Sumber)
Dan, memang setelah pertemuan selama 12 menit tersebut, baik Amien tidak pernah terdengar lagi menyuarakan tuduhannya tersebut. Sikap SBY terhadap Amien pun berbeda bila membandingkan sikap SBY terhadap Zaenal Maarif yang dilaporkan atas tuduhan pencemaran nama baik SBY.
Entah apa yang membuat lokomotif reformasi yang sebelumnya garang dan vokal itu mendadak bungkam? Apakah ada “kartu mati” Amien yang dipegang dan disimpan SBY? Dan, kalau pun ada, apa yang membuat Amien mati kutu dihadapan SBY?
Namun, sikap Amien setelah pertemuan itu terkesan melunak, bahkan Amien memberikan dukungan kepada SBY untuk kembali mencalonkan diri sebagai calon presiden, meskipun pada saat itu mendapat tentangan dari kader PAN.
Memang, dalam kasus Bank Century, Amien menunjukkan dirinya sebagai pendukung pengusutan mega skandal korupsi tersebut. Tapi, bila dicermati sikap PAN ternyata membebek kepada pilihan Partai Demokrat. Misalnya, PAN memilih untuk tidak menyebutkan nama yang bertanggung jawab dalam bailout Bank Century. Puncaknya PAN bersama PD dan PKB mendukung opsi A yang menyatakan proses fasilitas pendanaan jangka pendek dan penyertaan modal sementara tidak ada kesalahan baik kebijakan maupun pelaksanaannya.
Bagi Amien dan SBY pertemuan di bandara Halim 6 tahun lalu itu saja telah meredam konflik di antara keduanya yang bisa berakibat lebih buruk bagi keduanya. Jika Amien bisa membuktikan tuduhannya SBY akan dipidanakan dan dibatalkan kemenangannya. Sebaliknya, bila Amien tidak bisa membuktikannya, maka Amien akan meringkuk di sel tahanan. Tapi, bagi publik tuduhan adanya aliran dana Washington merupakan persoalan serius yang harus dibuka sejelas-jelasnya, karena hal ini menyangkut masalah yang lebih besar yaitu kedaulatan negara dan bukan sekedar perbedaan pandangan politik seperti yang disampaikan SBY di Kuala Lumpur.
Dan, secara tidak langsung akhir dari pertemuan Halim itu mengisyaratkan kedua tokoh ini saling menyimpan “kartu mati” satu sama lain. Masalahnya, apakah etis bila kedua tokoh ini, khususnya Amien Rais, terlibat dalam pembicaraan masalah nasional yang bersifat strategis? 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar