Upaya Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) melakukan lelang jabatan menuai sukses.
Diperoleh pejabat publik yang kompeten, masyarakat juga banyak yang
mengapresiasi. Nah, semangat reformasi ala Jokowi semestinya ditiru
lembaga penegak hukum seperti Kejagung dan Polri.
"Cara ini
sebenarnya bisa digunakan di institusi penegak hukum seperti kejaksaan
dan juga kepolisian. Jabatan-jabatan strategis seperti Kajari, Kajati,
direktur dan JAM di kejagung ke depan bisa dilakukan model "lelang"
seperti yang dilakukan Jokowi," kata peneliti Indonesia Corruption Watch
(ICW) Emerson Yuntho dalam keterangannya, Selasa (23/7/2013).
Tak
hanya Kejagung, lembaga kepolisian juga ditantang berani. Publik
mengharapkan perubahan signifikan dari lembaga penegak hukum yang saat
ini menghadapi krisis kepercayaan.
"Tidak hanya kejaksaan, di
kepolisian juga bisa dilakukan. Jabatan Kapolres, Kapolda, Dir dan
jabatan startegis lain bisa di "lelang" juga," terangnya.
Proses
lelang jabatan bisa dilakukan secara transparan dan akuntabel, oleh tim
penilai dari internal kejagung dan Polri, serta dari luar yang kredibel.
"Setiap jaksa dan polisi yang memenuhi syarat dan memiliki
kredibilitas serta integritas punya peluang yang untuk posisi strategis.
Selama ini proses mutasi dan promosi di internal penegak hukum
seringkali mengabaikan aspek kualitas dan integritas. Mereka yang tidak
dekat atau dikenal dengan atasan seringkali tidak punya kesempatan,"
jelasnya.
Emerson menguraikan keuntungan yang diperoleh dari
lelang jabatan. Jokowi lewat lelang jabatan, memperoleh citra positif
dan kepercayaan di mata masyarakat. Jokowi mendapatkan perbaikan
kualitas kinerja birokrasi. Jokowi bisa meminimalisir praktek korupsi
karena orang yang dipilih orang yang berkualitas, tidak ada setoran suap
dari bawahan ke atasan.
"Lelang jabatan di institusi penegak
hukum penting untuk kembalikan citra di mata masyarakat yang kian lama
makin menurun, memperbaiki, dan meningkatkan kinerja serta mengurangi
praktek korupsi. Cara "lelang jabatan" setidaknya bisa mendongkrak citra
dan memperbaiki kinerja secara lebih cepat," tutupnya.
Sumber :
detik.com
RAMALAN JOYOBOYO :
BalasHapusRamalan Jayabaya bagi Indonesia setelah tahun 2015 Indonesia akan menjadi sebuah negeri yang aman, makmur, adil dan sejahtera sebagai akhir dari Ramalan Jayabaya (Kala-surasa, 2015-2115 M), zaman yang tidak menentu (Kalabendu) berganti dengan zaman yang penuh kemuliaan, sehingga seluruh dunia menaruh hormat pada Indonesia. Akan muncul seorang Satriya Piningit sebagai Pemimpin baru Indonesia dengan ciri-ciri -ciri telah lulus Weda Jawa, bersenjatakan Trisula yang ketiga ujungnya sangat tajam,
sbb:
TERJEMAHANNYA :Di zaman modern abad ke-21 saat ini dengan berbagai persenjataan modern dan alat tempur yang canggih, mulai dari senjata nuklir, roket, peluru kendali, dan lain-lainnya, maka senjata Trisula Weda bukanlah senjata dalam arti harafiah, tetapi adalah senjata dalam arti kiasan, tiga kekuatan yang mebuat seorang Pemimpin disegani segenap Rakyatnya. Bisa saja itu adalah tiga sifat-sifat sang Pemimpin, seperti: Benar, Lurus, Jujur (bener, jejeg, jujur) seperti yang diungkapkan dalam tembang-tembang Ramalan Jayabaya.
Satria Piningit :
Banyak juga teori tentang manusia-manusia istimewa yang datang membawa perubahan. Di dunia, orang-orang itu sering disebut “Promethean”, diambil dari nama dewa Yunani Prometheus yang memberikan api (pencerahan) pada manusia.
Toynbee menamakannya Creative Minorities. Tapi mereka bukan sekedar “manusia-manusia ajaib”, melainkan orang-orang yang memiliki kekuatan dahsyat, yaitu kekuatan ilmu, dan kecintaan pada bangsanya, sesama manusia, dan pada Tuhannya.
Pidato Bung Karno ini :
“Selama kaum intelek Bumiputra belum bisa mengemukakan keberatan-keberatan bangsanya, maka perbuatan-perbuatan yang mendahsyatkan itu (pemberontakan) adalah pelaksanaan yang sewajarnya dari kemarahan-kemarahan yang disimpan … terhadap usaha bodoh memerintah rakyat dengan tidak memperhatikan dengan sungguh-sungguh keinginan-keinginan dan kepentingan-kepentingan mereka…”Satria piningit, adalah orang-orang yang peduli pada bangsanya, berilmu tinggi, dan telah memutuskan untuk berbuat sesuatu. Merekalah, dan hanya merekalah yang bisa melawan kehancuran, dan akhirnya membangkitkan peradaban.
Di jaman kegelapan, selalu ada saja orang yang belajar. Diantara banyak orang lupa, selalu ada saja orang baik. Bahkan walau cuma satu orang. Kadang, kerusakan itu justru membakar jiwanya untuk berbuat sesuatu. Belajar, Berjuang, Berkorban.
Ramalan Jayabaya mungkin bisa dipahami secara ilmiah, bahwa manusia dan peradaban memang selalu bisa bangkit, hancur, dan bangkit lagi.
Jayabaya menyadari manusia bisa lupa, dia sengaja menulis ini sebagai peringatan agar manusia tidak lupa. Dan itulah satu tanda kearifan sang Prabu Jayabaya.
Ini adalah dorongan pada manusia agar selalu berbesar hati, optimis. Bahwa di saat yang paling berat sekalipun, suatu hari akhirnya akan datang juga Masa Kesadaran, Masa Kebangkitan Besar, Masa Keemasan Nusantara.
"Civilizations arose in response to some set of challenges of extreme difficulty, when 'creative minorities' devised solutions that reoriented their entire society" (Arnold J. Toynbee).
Demikian pula tentang sosok sang Pemimpin yang digambarkan sebagai Satriya Piningit, bukanlah seseorang yang tiba-tiba muncul, tetapi Ia adalah seorang Pemimpin Indonesia yang sifatnya tidak mau menonjolkan diri, tetapi Ia bekerja tanpa pamrih, menyumbangkan tenaga dan pikirannya bagi kemajuan bangsa dan negara.
Sudah ada langkah-langkahnya yang nyata yang dapat ditelusuri dalam kehidupannya sehari-hari.
Ia akan terpilih dalam Pilpres 2014 ini, dalam periode Kepemimpinan Indonesia dan lanjut pada periode berikutnya untuk mengantarkan Indonesia kepada Cita-cita para Pendiri Bangsa sebagaimana tercantum dalam Mukadimah UUD 1945, yaitu negeri yang adil makmur sejahtera, gemah ripah loh jinawi ... :-)
Dan dia adalah J O K O W I D O D O, yang saat ini menjabat Gubernur DKI Jaya. !
M E R D E K A ! (dari kecik2 koruptor yang menggerogoti uang negara dan rakyat Indonesia).