Puluhan massa yang tergabung dalam Gerakan Nasional Pasal Tiga-tiga
(Ganas Pati) menggelar aksi unjuk rasa menolak kenaikan harga bahan
bakar minyak (BBM).
Awalnya aksi penolak kenaikan harga
BBM tersebut digelar di Bundaran Gladak, Jalan Slamet Riyadi, sebelum
akhirnya para mahasiswa bergerak menuju balai kota untuk bertemu Wali
Kota Solo FX Hadi Rudyatmo.
Sama seperti di Bundaran Gladak, di halaman Balai Kota Solo pun
gabungan massa yang mengusung puluhan spanduk itu menggelar orasi.
Dengan pengawalan dari petugas kepolisian, mereka meminta agar Wali Kota
menemui para pendemo dan bersama-sama menyuarakan penolakan harga BBM.
Tak lama berorasi, akhirnya para mahasiswa ini pun dipersilakan masuk
ke Pendapa Gede Balai Kota Solo dan ditemui langsung oleh Wakil Wali
Kota Ahmad Purnomo.
Di hadapan Wakil Wali Kota, para pendemo secara tegas mengajak pihak
Pemkot Solo agar bersama-sama turun ke jalan menyuarakan penolakan
kenaikan harga BBM yang akan diterapkan pemerintahan Presiden Joko
Widodo (Jokowi).
Bahkan saat Wakil Wali Kota Solo menyampaikan satu suara dengan para
pendemo menolak kenaikan BBM, tiba-tiba ada salah seorang pendemo yang
berteriak 'BBM naik, Jokowi turun, Rudy jadi presiden'.
Sontak teriakan tersebut disambut tawa para pendemo lainnya. Di depan
mereka, Wakil Wali Kota Ahmad Purnomo mengatakan sikap tegas sudah
diambil Wali Kota yang menyuarakan penolakan kenaikan harga BBM.
Bahkan, ungkap Ahmad Purnomo, mantan rekan Jokowi itu pun sudah
melayangkan surat resmi kepada pemerintah tentang penolakan kenaikan
harga BBM.
"Kalian sendiri sudah tahu apa sikap dari Wali Kota Solo. Pak Rudy
pun secara resmi menolak kenaikan harga BBM. Jadi, kita satu suara,"
papar Ahmad Purnomo di hadapan pendemo yang disambut teriakan yel-yel,
di Pendapa Gede Balai Kota Solo, Jawa Tengah, Kamis (13/11/2014).
Sementara itu, Presiden Mahasiswa UMS Suci Nurafifah secara tegas
mengatakan mereka mulai meragukan komitmen dan keberpihakan pemerintahan
yang baru. Belum genap sebelum memimpin bangsa, Jokowi-JK sudah
mewacanakan pencabutan subsidi BBM.
Alih-alih janji kampanye yang disuarakan, kedua pasangan ini akan
memberantas mafia migas untuk menekan tingkat kebocoran pengelolaan BBM
hanya janji manis. Termasuk, Revolusi Mental yang selama ini menjadi
jargon kampanye tak ubahnya menjadi bualan semata.
"Harga minyak dunia turun dari 105 dolar AS per barel menjadi 80
dolar AS per barel, Jokowi malah mau menaikkan harga BBM. Ini menandakan
Jokowi gagal mengangkat ekonomi kerakyatan yang selalu disuarakan,"
papar Suci saat ditemui di sela aksi demo.
Menurut Suci, apabila tetap bersikukuh dengan keputusan menaikkan
BBM, maka Presiden Jokowi akan berhadapan dengan rakyat sendiri.
Oleh karena itu, mereka menuntut Jokowi-JK segera menegakkan dan
melaksanakan Pasal 33 UUD 1945, mencabut UU Liberalisasi Migas Nomor 22
Tahun 2001, serta menyetop intervensi asing.
"Negara tak akan kolaps meskipun tak menaikkan harga BBM. Negara
boleh punya utang banyak, asalkan rakyatnya sejahtera," pungkasnya. [okezone]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar