Presiden Joko Widodo (Jokowi) memaparkan visi misinya di hadapan
Presiden Myanmar U Thein Sein dan Kepala Negara serta Pemerintahan
negara peserta KTT Asia Timur.
Jokowi menyampaikan gagasannya tentang Indonesia sebagai poros maritim
dunia. Pidatonya tersebut disampaikannya di 9th East Asia Summit,
Plenary Seasons, Nay Pyi Taw, Myanmar, Kamis (13/11/2014).
Lalu, apa yang disampaikan Jokowi saat perhelatan di KTT ASEAN tersebut?
Setelah visi misinya telah diungkapkan di forum APEC. Berikut isi
pidato utuh Presiden Jokowi di KTT ASEAN.
Yang Mulia Presiden U Thein Sein,
Yang Mulia Kepala Negara dan Pemerintahan negara peserta KTT Asia Timur,
Bagi Indonesia, KTT Asia Timur berperan penting bagi keamanan,
stabilitas, dan kemakmuran ekonomi di kawasan. Oleh karena itu, saya
memilih forum ini untuk menyampaikan gagasan saya tentang Indonesia
sebagai Poros Maritim Dunia, dan harapan saya tentang peran KTT Asia
Timur ke depan.
Indonesia menyadari, sebuah trasformasi besar sedang terjadi di abad
ke-21 ini. Pusat gravitasi geo-ekonomi dan geo-politik dunia sedang
bergeser dari Barat ke Asia Timur. Negara-negara Asia sedang bangkit.
Dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata tujuh persen per tahun, dengan
total GDP sekitar USD40 triliun, kawasan Asia Timur merupakan kawasan
paling dinamis secara ekonomi. Sekitar 40 persen perdagangan dunia ada
di kawasan ini.
Dalam dinamika itu, laut akan semakin pentingnya artinya bagi masa depan
kita. Jalur laut yang menghubungkan dua samudera strategis -Samudera
Hindia dan Samudera Pasifik- merupakan jalur penting bagi lalu lintas
perdagangan dunia.
Tiga Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) merupakan "lorong" lalu lintas
maritim dunia. Dua samudera strategis itu juga menyimpan kekayaan besar
-energi dan sumberdaya laut lainnya- yang akan menentukan masa depan
kemakmuran di kawasan. Indonesia berada tepat di tengah-tengah proses
perubahan strategis itu, baik secara geografis, geopolitik, maupun
geoekonomi.
Oleh karena itu, sebagai negara maritim, Indonesia harus menegaskan
dirinya sebagai Poros Maritim Dunia, sebagai kekuatan yang berada di
antara dua samudera: Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.Posisi sebagai
Poros Maritim Dunia membuka peluang bagi Indonesia untuk membangun
kerja sama regional dan internasional bagi kemakmuran rakyat.
Yang Mulia,
Agenda pembangunan untuk mewujudkan Poros Maritim Dunia ini memiliki lima pilar utama.
Pertama, kami akan membangun kembali budaya maritim Indonesia. Sebagai
negara yang terdiri dari 17 ribu pulau, bangsa Indonesia harus menyadari
dan melihat dirinya sebagai bangsa yang identitasnya, kemakmurannya,
dan masa depannya, sangat ditentukan oleh bagaimana kita mengelola
samudera.
Kedua, kami akan menjaga dan mengelola sumber daya laut, dengan fokus
membangun kedaulatan pangan laut, melalui pengembangan industri
perikanan, dengan menempatkan nelayan sebagai pilar utama. Kekayaan
maritim kami akan digunakan sebesar-sebesarnya untuk kepentingan rakyat
kami.
Ketiga, kami akan memberi prioritas pada pengembangan infrastruktur dan
konektivitas maritim, dengan membangun tol laut, deep seaport, logistik,
dan industri perkapalan, dan pariwisata maritim.
Keempat, melalui diplomasi maritim, kami mengajak semua mitra-mitra
Indonesia untuk bekerja sama di bidang kelautan ini. Bersama-sama kita
harus menghilangkan sumber konflik di laut, seperti pencurian ikan,
pelanggaran kedaulatan, sengketa wilayah, perompakan, dan pencemaran
laut. Laut harus menyatukan, bukan memisahkan, kita semua.
Kelima, sebagai negara yang menjadi titik tumpu dua samudera, Indonesia
memiliki kewajiban untuk membangun kekuatan pertahanan maritim. Hal ini
diperlukan bukan saja untuk menjaga kedaulatan dan kekayaan maritim
kami, tetapi juga sebagai bentuk tanggungjawab kami dalam menjaga
keselamatan pelayaran dan keamanan maritim.
Cita-cita dan agenda di atas akan menjadi fokus Indonesia di abad ke-21.
Indonesia akan menjadi Poros Maritim Dunia, kekuatan yang mengarungi
dua samudera, sebagai bangsa bahari yang sejahtera dan berwibawa.
Yang Mulia,
Sebagai Poros Maritim Dunia, Indonesia tentu berkepentingan untuk ikut
menentukan masa depan kawasan Pasifik dan Samudera Hindia (the Pacific
and Indian Ocean Region-PACINDO).
Kami ingin Samudera Hindia dan Samudera Pasifik tetap damai dan aman
bagi perdagangan dunia, bukan dijadikan ajang perebutan sumberdaya alam,
pertikaian wilayah, dan supremasi maritim. Dalam kaitan ini, saya
memandang bahwa potensi kemaritiman di forum EAS belum dimanfaatkan
secara maksimal. Indonesia mengusulkan penguatan prioritas area kerja
sama maritim di EAS.
Kami mendorong negara-negara mitra ASEAN di EAS untuk mendukung dan
terlibat aktif dalam mewujudkan ASEAN Masterplan on Connectivity,
khususnya konektivitas dan infrastruktur maritim. Kami menyerukan kerja
sama EAS secara konkrit di bidang energi, ketahanan pangan, manufaktur,
dan dalam menjaga kelestarian bahari.
Kami menyerukan kerja sama yang lebih erat dalam menjaga keamanan laut.
Khusus mengenai Laut Tiongkok Selatan, Indonesia menyambut baik komitmen
untuk mengimplementasikan DOC (Declaration on the Conduct of Parties in
the South China Sea). Saya juga mendukung penyelesaian COC (code of
conduct in the South China) melalui konsultasi secepat mungkin.[metrotvnews]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar