Di masyarakat demokratis, hal seperti ini justru menunjukkan ‘sehatnya’ iklim politik. Tanpa kritik dan pro-kontra, demokrasi tidak bisa berjalan dengan dinamis. Tentu saja, kritik apapun bentuknya, bagaimanapun cara dan gayanya, tidak boleh dibungkam.
Persoalan bagaimana meletakkan kritik dalam peta persoalan dan solusi, kami yakin Presiden Jokowi bisa melakukannya dengan baik.
Menyangkut pengumuman atas Kabinet Kerja, kami dari relawan Jokowi Center menyatakan:
- Mendukung keputusan Presiden Jokowi sepenuhnya. Kami sadar sepenuhnya, dalam situasi politik seperti ini untuk memilih nama-nama. Ada sekian banyak tarik-ulur, pertimbangan, dan sekian variabel yang tentu sangat kompleks. Namun pada akhirnya seorang pemimpin harus memutuskan, harus bertindak. Dan kami sangat mengerti bahwa Presiden Jokowi tidak akan bisa menyenangkan semua pihak. Pemimpin ada bukan untuk mengusung agenda yang muskil: menyenangkan semua orang. Selalu ada pro-kontra, selalu ada yang dirasa ‘tidak sempurna’. Tidak mungkin ada sebuah skuat kabinet yang sempurna. Maka persoalan utamanya adalah balik lagi ke Presiden Jokowi, bagaimana ia akan memimpin kabinet tersebut, bagaimana ia tampil bukan hanya sebagai seorang manajer namun juga pemimpin. Visi, ketangkasan mengatur irama kerja, kecermatan membangun kerjasama antar-lini, tetaplah ada di pundak Sang Presiden. Di tangan Presiden Jokowi, slogan “Kerja, kerja, kerja!” harus terlihat nyata.
- Kami sebagai bagian dari relawan akan terus memberi dukungan. Tentu sebagai bagian dari masyarakat madani kami akan tetap berlaku kritis. Jika ada yang dirasa kurang tepat, kami akan memberikan kritikan. Sejak semula kami datang bukan sebagai oposan. Kami hadir dengan dukungan. Dinamika dukungan sejalan dengan tahapan politik yang terjadi.ini saatnya kami bersikap lebih kritis dan akan menyampaikan dengan cara kami. Tapi kami tidak akan pernah merecoki Presiden Jokowi. Laku politik kami yang lain adalah sama seperti sejak semula komunitas politik ini dibentuk: menyebarkan gagasan dan ikut memberikan lahan yang kondusif agar muncul pemimpin-pemimpin dengan kualifikasi seperti Presiden Jokowi. Kami juga tidak mungkin melakukan semua hal yang dirasa bolong di diri Presiden Jokowi. Namun setidaknya dua hal tersebut menjadi prioritas kerja kami: kritis dan menyiapkan lahan yang kondusif agar muncul gaya pemimpin-pekerja seperti Presiden Jokowi.
- Semua itu dalam rangka menjalankan agenda nasional yang progresif. Kami adalah generasi yang menyadari sepenuhnya bahwa tidak semua hal di masa lalu itu buruk. Kami bukan generasi dengan pemikiran “membakar jembatan di belakang”. Masa depan disusun dari pemaknaan dan pelajaran masa lalu, dan meletakkannya dalam konteks kekinian. Masa kini bukan negasi atas masa lalu. Paradigma konstruktif menolak cara-cara destruktif. Sebab bangsa ini ada bukan semata bagian dari masa lalu, tapi akan kami wariskan kepada anak-cucu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar