Serangan terhadap calon Presiden Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan (PDI P), Joko Widodo (Jokowi) pasca pencapresan oleh PDIP
semakin gencar. Bukan saja negative campaign tetapi juga black campaign. “Pada era Pemilu, boleh jadi hal ini biasa. Namun kalau sampai menjurus ke black campaign
dan fitnah, ya tentunya itu tidak elok karena bertentangan dengan norma
dasar bangsa kita,” kata Deklarator Aliansi Rakyat Merdeka (ARM)
Pro-PDI P dan Jokowi, Moh Jumhur Hidayat, kepada SP, Selasa (1/4/2014) sore.
Menurut Jumhur, menilai Jokowi seharusnya jangan dinilai dengan
pembanding "ideal" yang diharapkan tetapi bandingkan dengan keadaan
sebelumnya. “Dari itu kita bisa melihat "trend-nya". Kalau membaik
artinya ia berhasil, kalau memburuk artinya gagal,” kata mantan aktivis
ITB, yang pernah dipenjara karena menentang kebijakan Soeharto ini.
Jumhur mengatakan, terkait dengan Kartu Jakarta Pintar (KJP) saat
ini, tentunya itu suatu terobosan dan banyak warga Jakarta yang
terbantu. “Bahwa belum sempurna, ya harus disempurnakan,” kata dia.
Begitu juga dengan Kartu Jakarta Sehat (KJS), kata dia, itu merupakan
terobosan nyata untuk pelayanan kesehatan warga Jakarta. Kalau saat
dimulainya masih ada kekurangan di sana sini, kata Jumhur, karena pasien
yang membludak ya itu bagian dari yang harus terus disempurnakan.
Soal relokasi warga bantaran sungai ke kampung deret atau rumah susun
sederhana, kata Jumhur, ini juga langkah nyata yang puluhan tahun
seakan tak tersentuh, dan pastinya akan membuat penghuni lebih
dimanusiawikan ketimbang berada dibantaran sungai yang kumuh.
Jumhur mengatakan, Jokowi telah membenahi Pasar Tanah Abang yang
menyebabkan kemacetan dan puluhan tahun tak ada yang berani menyentuh
sekarang sudah normal. “Ada beberapa pedagang yang terelokasi saat ini
sedang berjuang untuk menaikkan omzet, itu pun tidak luput dari kerja
keras dari Pemprov DKI. Begitulah seterusnya, seperti Waduk Pluit dan
Ria Rio dan sebagainya,” kata dia.
Terkait dengan Bus TransJakarta yang bermasalah, kata Jumhur, harus
dilihat niatnya adalah memperbaiki pelayanan transportasi dengan
menambah jumlah bus. Kalau kemudian ada masalah, kata Jumhur, harus
dilanjutkan kepada proses hukum. “Bahkan sekarang sudah ada dua PNS yang
jadi tersangka,” kata dia.
Dalam sebuah organisasi besar seperti Pemprov DKI, kata Jumhur, tidak
mungkin Jokowi bertindak seperti malaikat mengawasi setiap detik
tindak-tanduk anak buahnya karena sudah ada arahan umum dan bila
ternyata pada tingkat pelaksanaan ada yang "jahat", maka Jokowi pun
dengan gembira menyampaikan itu ke muka hukum. “Ini bukan lari dari
tanggung jawab, tetapi memang anak buahnya itu memiliki tanggung jawab
hukum sendiri-sendiri,” tegas Jumhur.
Dari semua itu, Jumhur meminta semua pihak agar apabila menilai
orang, nilailah dari trend hasil kerja perbaikan yang sudah nyata.
Jangan dibandingkan dengan yang sangat "ideal". “Kita memang
menginginkan yang sangat ideal itu, tetapi tentunya kita butuh waktu
untuk mencapainya,” kata Jumhur.
Sumber :
beritasatu.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar