Sebagian besar warga Taman Burung, Waduk Pluit, Penjaringan, Jakarta
Utara, kecewa kepada Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Gubernur
Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Sudah hampir sepekan mereka bertahan di tempat
tersebut setelah rumah mereka dibongkar aparat satuan polisi pamong
praja pada Kamis (12/12/2013).
Warga sudah mendatangi Kantor Kecamatan Penjaringan untuk meminta
kejelasan nasib mereka, terutama soal ganti rugi atas rumah mereka yang
dibongkar.
Namun, hingga kini belum ada tanggapan. Karena kesal, warga
berkali-kali menyatakan kekecewaannya karena telah memilih Jokowi dan
Ahok pada pemilihan kepala daerah tahun lalu.
"Sebelum pemilihan gubernur, Jokowi itu wong cilik, kalau sekarang wong licik," kata Antoni (38), seorang warga yang masih bertahan di tenda sementara di Taman Burung, Rabu (18/12/2013).
Antoni mengatakan, ia tinggal di kawasan itu sejak lima tahun
silam. Ia mengatakan, 99 persen warga di sana memilih Jokowi dan Ahok
pada pilkada lalu. Menurut Antoni, Jokowi sangat berpihak kepada rakyat
kecil ketika dia masih menjadi Wali Kota Solo. Harapan itulah yang
mereka impikan ketika mencoblos Jokowi. Namun, saat menjadi Gubernur
Jakarta, Jokowi seolah telah melupakan mereka.
Menurut Antoni, Jokowi tidak bisa menjelaskan status dan siapa
pemilik sah atas lahan tersebut. Hal tersebutlah yang mendasarinya
menyebut Jokowi sebagai orang yang licik.
Suharno (56), warga lain, juga menyesal atas pilihannya terhadap
pasangan kepala daerah itu. Ia mengibaratkan memilih Jokowi seperti
peribahasa air susu dibalas air tuba. "Jokowi, bisa jadi gubernur, juga
karena kita. Memangnya lurah sama camat dulu pada dukung mereka? Mereka
justru pendukung gubernur sebelumnya," ujar Suharno.
Suharno merasa sudah gerah dengan kepemimpinan Jokowi dan Basuki.
Ia justru sangat senang bila Jokowi dicalonkan jadi presiden. "Biarin aja jadi calon presiden, biar dia tidak usah di Jakarta lagi," ujarnya.
Hingga kini, sebagian warga masih bertahan di masjid atau tenda
darurat di sekitar lahan tersebut. Mereka tidak punya pilihan lain untuk
tinggal selain di tempat itu. Mereka menunggu respons Jokowi dan Wakil
Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama untuk berdialog tentang nasib
mereka.
Sementara itu, Basuki menyatakan bahwa Pemprov DKI Jakarta sudah
memberikan waktu selama setahun kepada warga di sana untuk mengosongkan
lahan milik negara tersebut. Namun, warga malah menantang dan menolak
dipindahkan ke rumah susun. Menurut Basuki, warga justru memanfaatkan
kesempatan tersebut untuk memolitisasi keadaan dengan memanfaatkan
anak-anak dan kaum ibu untuk melawan para petugas penertiban.
Jokowi mengatakan, selama ini Pemprov DKI telah melakukan
sosialisasi kepada warga sebelum melakukan pembongkaran rumah. Apa yang
dilakukan petugasnya juga sangat manusiawi karena tidak ada praktik
kekerasan saat melakukan aksi itu.
Sumber :
kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar