Karena menurut Direktur Sinergi
Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma), Said Salahudin, penetapan
yang buru-buru justru akan lebih banyak mudarat dibanding manfaatnya.
Apalagi jika yang ditetapkan menjadi capres adalah Gubernur DKI Jakarta,
Joko Widodo (Jokowi).
“Dia (Jokowi) bisa menjadi bulan-bulanan
dari lawannya. Bisa saja lawan politik akan menyerang dengan membentuk
opini bahwa Jokowi adalah sosok yang tidak konsisten atau
malah diberi label sebagai tokoh yang kerap lari dari tanggung jawab.
Dulu belum habis masa tugas sebagai Wali Kota Solo, sudah lari ke
Jakarta. Sekarang baru menjabat sekitar satu tahun sebagai Gubernur DKI
Jakarta, malah mau maju lagi sebagai Presiden,” ujar Said di Jakarta,
Kamis (5/9/2013).
Menurut Said, opini yang menjelekkan
Jokowi tersebut, mungkin dapat dengan mudah ditangkis, karena tidak
sepenuhnya benar. Tapi dalam konteks politik, pembentukan opini negatif
tetap merugikan.
“Jokowi sendiri sebagai kader PDI-P masih
tetap memimpin di berbagai hasil survei pencapresan. Hasil itu
diperoleh saat ia belum resmi ditetapkan sebagai capres PDI-P. Bahkan
menyatakan kesediaan sebagai capres pun, Jokowi belum. Artinya value
PDI-P lewat simbol Jokowi masih yang paling tinggi,” ujarnya.
Said menyarankan, kalau pun Rakernas
nantinya tetap membahas pencapresan, sebaiknya hanya menyebutkan
kriteria sosok tokoh yang akan diusung. Dan kriteria tersebut tetap
mengarah pada sosok Jokowi.
“Intinya lebih baik jangan menyebut nama
dulu. Karena dengan menyebut kriteria saja, saya kira itu bisa memberi
efek positif bagi raihan suara PDI-P pada pemilu legislatif 2014. Kalau
selama ini PDI-P kerap nangkring di posisi kedua sebagai parpol pemenang
pemilu versi lembaga survey, maka dengan strategi itu boleh jadi mereka
bisa merebut posisi Partai Golkar sebagai kandidat juara pemilu,”
katanya.
Sementara itu saat ditanya posisi Megawati, Said menilai sudah waktunya PDI-P memberi kesempatan kepadanya untuk berisitirahat.
“Mega lebih tepat mengambil posisi
sebagai kingmaker saja. Sebagai mantan Presiden beliau cukup memberi
arahan kepada Jokowi tentang hal apa saja yang seharusnya dilakukan, hal
apa saja yang perlu dihindari, dan seterusnya. Singkatnya Mega bisa
menjadi penasehat bagi Jokowi,” katanya.Sumber :
jpn.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar