Sabtu, 28 September 2013

Giliran Dradjad Bela Amien Rais

Waketum Partai Amanat Nasional (PAN), Dradjad Wibowo menilai wacana duet Jokow-Hatta masih terlalu dini untuk dibahas. PAN tak ingin mendahului Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yang belum menentukan capresnya.
"Ungkapan agar bang Hatta berpasangan dengan Jokowi itu baru sikap pribadi satu dua pengurus. Pengaruhnya nol terhadap jajaran PAN. Karena itu, masih terlalu awal bicara soal berpasangan dengan Jokowi. Beliau punya waktu membuktika gagasan, visi, kepemimpinan, dan integritasnya di Jakarta," kata Dradjad saat dihubungi, Sabtu (28/9/2013).
PAN sangat menjunjung tinggi etika politik antarparpol. PDI-P, partai tempat Jokowi bernaung, hingga saat ini masih belum memutuskan capresnya. PAN tak ingin mendahului PDI-P dengan mendorong-dorong Jokowi.
"Sangat tidak etis jika PAN mendorong Jokowi dan seolah-olah ikut arus mem-fait accompli Bu Mega," kata Dradjad.
Dradjad mengatakan saat ini PAN memang membuka komunikasi dengan semua parpol. Namun pembicaraan mengenai koalisi baru akan dibahas setelah Pileg 2014.
"Dengan Mas Prabowo kita sering sekali silaturrahim. Berbeda dengan Jokowi, pencapresan Prabowo sudah final di Gerindra, jadi lebih enak ngomongnya. Dengan JK, ARB, Mahfud MD dan lain-lain juga bagus sekali komunikasinya. Mengenai koalisi, kita tunggu setelah Pileg," papar Dradjad.
Mengenai cacian Ketua MPP PAN Amien Rais kepada Jokowi, Dradjad menyampaikan pembelaan. Menurut Dradjad kritik itu obyektif.
"Kalau kritik Pak Amien terhadap Jokowi, jangan Sekjen dan Waketum, Bang Hatta sebagai ketum pun akan mengikuti dengan seksama. Apalagi kritik Pak Amien itu sangat obyektif. Contohnya prosentase penduduk miskin perkotaan di Jateng tahun 2011 itu 14,12 persen. Kota Solo jauh di atasnya, yaitu 16 persen. Naik drastis dari tahun 2007 yang 13,64 persen," kata Dradjad.

Sumber :
detik.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar