Sebagian besar survei kandidat calon presiden menempatkan sosok Gubernur
DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) selalu di posisi teratas. Di posisi
kedua menyusul Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Bagaimana respon Prabowo?
"Tergantung yang bayar survei itu
siapa. Saya juga bisa bayar 10 survei terus saya jadi nomor 1 semua,"
ujar Prabowo dalam jumpa pers di Bandara Halim Perdana Kusma, Sabtu
(28/9/2013).
Ia menuturkan bahwa praktek seperti itu sudah lazim
terjadi. Prabowo juga menuturkan bahwa media massa juga paham akan
praktek survei-survei yang dibayar. "Kita semua kan sudah lama jadi
orang Indonesia, jadi soal akal-akalan seperti ini sudah lihai lah,"
imbuhnya.
Kendati popularitas Jokowi tengah meroket, Prabowo tak
gentar. Ia menyatakan tetap optimistis bisa meraih dukungan kuat dari
masyarakat. Prabowo pun sesumbar partainya kini juga tengah merangkak
naik.
Dia yakin Gerindra bisa menembus angka di atas 20 persen.
Meski sudah digadang-gadang menjadi capres, hingga kini Prabowo belum
mendeklarasikan diri secara resmi. Ia menyatakan akan mencari momentum
yang tepat untuk itu.
"Kalian (media massa) juga harus hadir ya. Jangan Jokowi saja yang terus-terusan di blow up, saya juga dong," seloroh Prabowo.
Jokowi melesat
Hasil
survei Litbang Kompas menunjukkan popularitas Joko Widodo (Jokowi)
masih kuat. Survei terhadap 1.400 responden—calon pemilih dalam Pemilu
2014—yang terpilih secara acak di 33 provinsi.
Proporsi pemilih
yang sudah memiliki preferensi terhadap sosok calon presiden secara
signifikan hanya bertumpu kepada lima nama: Joko Widodo, Prabowo
Subianto, Aburizal Bakrie, Megawati Soekarnoputri, dan Jusuf Kalla.
Pada
survei terakhir (Juni 2013), lima sosok itu mampu menguasai dua pertiga
responden. Sisanya (18,2 persen) tersebar pada 16 sosok calon presiden
lainnya. Dari kelima sosok yang berada pada papan atas popularitas
capres, kemunculan Jokowi sebagai generasi baru dalam panggung pencarian
sosok pemimpin nasional menarik dicermati.
Ia langsung
menempati posisi teratas dengan selisih yang terpaut cukup jauh dengan
keempat calon lain yang namanya sudah menasional selama ini.
Saat
ini, tingkat keterpilihan Jokowi mencapai 32,5 persen. Proporsi itu
meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan dengan tingkat
keterpilihannya pada Desember 2012. Di sisi lain, tingkat penolakan
responden terhadap dirinya tampak minim dan semakin kecil.
Dari seluruh responden, yang secara ekstrem tidak menghendaki dirinya menjadi presiden hanya di bawah 5 persen.
Sumber :
kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar