Sabtu, 28 September 2013

Bumerang bagi 'Penyerang' Jokowi

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) tak pernah luput dari sorotan. Sejak awal menjabat, langkah dan sepak terjangnya di Ibu Kota selalu jadi pantauan. Namanya kian meroket. Sejumlah lembaga survei menempatkannya sebagai jawara kandidat calon presiden.
Tak pelak, kader terbaik Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) itu bak menjadi "sasaran tembak" dari sejumlah pihak. Sebut saja politisi Demokrat Ruhut Sitompul, politisi Partai Amanat Nasional Amien Rais, hingga wakil rakyat di DPRD DKI Jakarta pernah melayangkan komentar "pedas" untuk Jokowi. Apa yang terjadi? Serangan yang mereka lancarkan justru menjadi bumerang. 
Wacana pemakzulan
Saat kepemimpinan Jokowi bersama wakilnya, Basuki Tjahaja Purnama memasuki semester pertama, mereka digoyang wacana pemakzulan oleh DPRD DKI. DPRD menilai Jokowi tak bisa menuntaskan persoalan Kartu Jakarta Sehat yang dianggap tak merata penyebarannya. Apalagi, sebanyak 16 rumah sakit menyatakan mundur dari program itu karena tak sanggup memenuhi persyaratannya.
Anggota Komisi E DPRD DKI Asraf Ali mengklaim, ada 30 anggota DPRD yang menandatangani hak interpelasi pelengseran Gubernur DKI tersebut. Jokowi pun menanggapinya dengan santai. Menurutnya, manuver para wakil rakyat itu karena kurangnya komunikasi sehingga segala persoalan terkait KJS tidak perlu diselesaikan dengan interpelasi yang berujung pemakzulan.
"Santai sajalah, biasa saja. Kalau pengin ada yang dijelasin,ya kita jelaskan, gampang,"ujar Jokowi.
Wacana tersebut pun direspons Wakil Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama. Menurutnya, para anggota DPRD DKI yang menggalang interpelasi hanya mencari muka. Respons publik pun ramai-ramai mendukung Jokowi-Basuki. Mereka justru menyerang balik para wakil rakyat melalui media sosial, blog, dan lain-lain. 

Celoteh Ruhut Sitompul
Selanjutnya, Ruhut Sitompul. Pria yang sering disapa "Poltak" dan "Raja Minyak" ini pernah mengatakan bahwa Gubernur DKI sebelumnya, Fauzi Bowo alias Foke, lebih berprestasi jika dibandingkan Jokowi. Ia merespons semakin gencarnya dorongan agar Jokowi maju sebagai capres.
"Indah mana Jakarta zaman Jokowi atau Foke? Berapa sih program Jokowi yang lebih bagus dari Foke? Dia (Jokowi) itu belum ada apa-apanya, macet dan banjir masih saja. Macet malah lebih macet zaman Jokowi. Saya bilang justru lebih bagus programnya Foke," ujar Ruhut.
Apa respons Jokowi? 
"Ya mungkin ada benarnya, kalau menurut Bang Ruhut begitu," ujar Jokowi.
Pernyataan Ruhut ini justru memancing respons keras dari publik melalui media sosial dan kolom komentar di berbagai pemberitaan. Ruhut justru diserang.

Jokowi = Joseph Estrada
Terakhir, yang memancing kontroversi dalam beberapa hari terakhir adalah pernyataan Ketua Majelis Pertimbangan Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais. Ia menyamakan Jokowi dengan mantan Presiden Filipina Joseph Estrada. Elite PDI Perjuangan menilai pernyataan ini merendahkan Jokowi, karena Amien menganggap persamaan keduanya dipilih hanya karena popularitas,
Jokowi pun menghindari untuk berpolemik. Bahkan, ia menanggapinya hanya dengan guyonan.
"Saya heran, dulu ada yang bilang saya orang ndeso. Sekarang ada yang bilang saya mirip Estrada yang presiden artis. Lah yang benar yang mana," ujar Jokowi.
Lantas, apa komentar publik? Lagi-lagi melalui komentar di sejumlah pemberitaan, mereka mengecam pernyataan Amien.

Pengamat politik LIPI Siti Zuhroh menggambarkan pihak-pihak seperti Ruhut, Amien, dan lainnya itu telah kalah wacana. Menurutnya, wajar jika publik menjadikan mereka cemoohan karena komentarnya jauh dari hal yang menjadi substansif.
"Enggak apa-apa mereka komentar begitu, kan masyarakat juga mengetahui siapa yang bekerja nyata," ujar Siti.

Sumber :
kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar