Pemerintah Indonesia mengantongi komitmen investasi sebesar US$ 27,4
miliar hasil gerilya Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) yang
menawarkan proyek investasi kepada pengusaha-pengusaha Tiongkok selama
KTT APEC di Beijing berlangsung. Setidaknya ada 12 proyek pertambangan,
energi, dan infrastruktur yang sudah berhasil ditemukan sumber
pendanaannya oleh pemerintah.
Dari 12 proyek tersebut, tiga proyek yang paling besar nilai investasinya adalah:
Investasi : US$ 17,8 miliar.
Proyek
: Pembangkit listrik berkapasitas 6.080 megawatt (MW) di
Sungai Tayang, Tandjung Selor, Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan
Utara.
Calon investor : Shanghai Electric Power Co. Ltd dan China Power Investment Corporation.
Mitra lokal : PT Kayan Hydro Energy.
Deskripsi
: Pembangkit tersebut diproyeksi dapat menyediakan seluruh
kebutuhan listrik Pulau Kalimantan dan pengerjaannya dibagi menjadi lima
tahap sampai 2024.
Investasi : US$ 5,15 miliar.
Proyek : Galangan kapal dengan kapasitas produksi 500 unit kapal ukuran 3.500-5.000 DWT dalam lima tahun.
Calon investor : Shen Zhen Tian He Wei Hang Investment Co. Ltd.
Mitra lokal : PT Zadasa, bagian dari grup PT Indosmelt
Deskripsi : Galangan kapal yang mampu memproduksi kapal kargo, kontainer, LNG, bulk semen, dan sebagainya.
Investasi : US$ 1,5 miliar.
Proyek : Kawasan Industri seluas 1.300 hektare di Sulawesi Tenggara
Calon investor : Fujian Tian Mao Property Group
Mitra lokal : PT Global Sukses Grup
Deskripsi
: Perusahaan patungan PT Cahaya Sukses International akan
membangun kawasan industri di Konawe Utara dan Kolaka Utara yang
terletak di Sulawesi Tenggara. Kawasan tersebut memiliki pembangkit
listrik berkapasitas 2x150 MW untuk memenuhi kebutuhan 10 smelter nikel
dan dilengkapi pelabuhan berkapasitas bongkar muat 50 ribu metrik ton.
Proyek
lain yang juga ditandatangani komitmen investasinya antara lain jalur
elevated kereta cepat Jakarta-Surabaya sepanjang 800 kilometer; smelter
tembaga di Gresik, Jawa Timur; pabrik pengolahan gula di Mojokerto, Jawa
Timur; serta smelter nikel pig iron di Konawe, Sulawesi Tenggara.
Didie
Suwondho, Ketua Pelaksana Indonesia-china Trade Investment Economic
Forum memastikan kesepakatan ini dibuat pada acara forum bisnis yang
diinisasi Kadin bersama pengusaha Tiongkok selama KTT APEC berlangsung.
"Investor
senang terutama setelah Pak Joko Widodo mengatakan ingin memudahkan
regulasi dan birokarasi. Nilai investasinya yang sangat besar, kami
yakin akan mampu menggerakkan ekonomi Indonesia setelah selesai nanti,"
kata Didie di kantor Kadin, Rabu (12/11/2014).
Didie berpendapat
keberhasilan perusahaan-perusahaan dalam negeri dalam menemukan calon
mitra dari Tiongkok untuk mengerjakan proyek smelter khususnya nikel, di
Sulawesi akan mampu mengurangi defisit neraca perdagangan
Indonesia-Tiongkok. "Defisit neraca perdagangan kita dengan Tiongkok
mencapai US$ 7,5 miliar dan 20 persen dari bahan baku manufaktur kita
diimpor dari Tiongkok," tambah Didie. Kadin menargetkan masing-masing
proyek bisa dimulai pengerjaannya dalam jangka waktu satu hingga dua
tahun mendatang. [cnn]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar