Presiden Joko Widodo menyampaikan sejumlah poin penting dalam
pandangannya di sidang pleno KTT ASEAN, Myanmar. Mulai dari masalah tiga
pilar ASEAN hingga Laut Tiongkok Selatan disinggung.
Bagaimana ucapan
lengkapnya?
Pernyataan Jokowi disampaikan dalam sesi pandangan
para pemimpin ASEAN pagi tadi, Rabu (12/11/2014) di Myanmar
International Convention Center (MICC). Ada 10 pemimpin negara ASEAN
yang hadir.
Dalam pidatonya, Jokowi menyampaikan ketegasan
Indonesia tak mau hanya sekadar menjadi pasar saja. Namun juga ingin
berperan dalam perdagangan dunia lewat poros maritim. Selain itu, Jokowi
juga menyerukan agar negara-negara di ASEAN bisa berdamai terkait
konflik Laut Tiongkok Selatan. Semua diharapkan bisa menahan diri dan
jauh dari kekerasan.
Berikut pernyataan lengkap Jokowi seperti dalam transkrip yang diterima detikcom dari pihak Kementerian Luar Negeri:
Yang
mulia U Thein Sein, Presiden Myanmar, Ketua ASEAN. Yang Mulia Para
Kepala Negara dan Pemerintahan Negara Anggota ASEAN. Yang saya hormati
Sekretaris Jenderal Le Luong Minh.
Yang Mulia, Izinkan
saya menyampaikan terima kasih kepada presiden U Thein Sein dan rakyat
Myanmar atas sambutan hangatnya kepada saya dan delegasi Indonesia.
Dalam
KTT ASEAN ke 25 ini, yang merupakan KTT ASEAN pertama buat saya, saya
ingin menegaskan kembali komitmen pemerintah Indonesia untuk memajukan
kerjasama ASEAN.
Bagi Indonesia, ASEAN adalah wadah membangun kerjasama yang
bermanfaat bagi rakyat kita, bagi pembangunan di negara-negara kita,
bagi perdamaian dan stabilitas di kawasan kita. Inilah cita-cita yang
termuat dalam piagam ASEAN.
Saudara ketua, Indonesia
tetap berkoitmen untuk mewujudkan masyarakat ASEAN 2015, dengan tiga
pilarnya. Untuk mewujudkan masyarakat ekonomi ASEAN, diperlukan
peningkatan pertumbuhan ekonomi di negara-negara ASEAN. Indonesia ingin
mencapai target pertumbuhan ekonomi 7% di tahun-tahun mendatang.
Indonesia
tidak akan membiarkan dirinya menjadi pasar semata. Indonesia harus
juga menjadi bagian penting dari rantai produksi regional dan global
(regional and global production chain). Untuk itu, ASEAN harus
bekerjasama mengatasi tiga hal utama.
Pertama,
mempercepat pembangunan infrastruktur dan konektivitas di negara-negara
ASEAN, antar negara ASEAN, antara ASEAN dengan negara-negara mitra,
melalui percepatan implementasi Masterplan on ASEAN Connectivity.
Kedua,
meningkatkan kerjasama investasi, industri dan manufaktur yang lebih
erat diantara negara-negara ASEAN. Indonesia dibawah pemerintahan saya
terbuka untuk bisnis., terbuka untuk bisnis. Namun, Indonesia, seperti
negara berdaulat manapun, harus memastikan kepentingan nasionalnya tidak
dirugikan. Kita hars menjunjung tinggi prinsip resiprokal, saling
menghormati, saling menguntungkan, dan persaingan secara adil, dalam
bekerjasama.
Ketiga, meningkatkan perdagangan
intra-ASEAN yang saat ini masih cukup rendah, yakni 24,2 persen. Dalam
lima tahun kedepan, saya berharap nilai perdagangan intra-ASEAN
setidaknya bisa mencapai 35-40 persen. Kita juga harus meningkatkan PDB
ASEAN dua kali lipat, dari US$ 2,2 triliun menjadi US$ 4,4 triliun pada
tahun 2030, dan mengurangi separuh angka kemiskinan di kawasan pada
tahun 2030 dari 18,6 % menjadi 9,3%.
Saudara Ketua,
Masyarakat Politik dan Keamanan ASEAN hanya bisa diwujudkan apabila kita
menghormati kedaulatan masing-masing, menyelesaikan masalah dengan
cara-cara damai, dan bersatu dalam menjaga otonomi strategis kawasan
kita.
Indonesia berkeyakinan, kemakmuran dan perdamaian di kawasan akan
ditentukan oleh bagaimana kita bekerjasama dalam mengelola samudera.
Indonesia
berharap agar sumber-sumber konflik di laut --seperti pencurian ikan,
pelanggaran wilayah, penyelundupan dan sengketa wilayah-- dapat diatasi
melalui kerjasama yang sungguh-sungguh.
Kita harus
memastikan bahwa laut menyatukan, bukan memisahkan kita. Kerjasama
membangun konektivitas dan infrastruktur maritime harus menjadi fokus
kita kedepan.
Khusus untuk Laut Tiongkok Selatan,
Indonesia menyerukan semua pihak untuk menahan diri, menjalankan
Declaration of Conduct (DoC), dan mempercepat kesepakatan Code of
Conduct (CoC).
Di bidang sosial-budaya, ASEAN harus
memperkuat komitmen melindungi hak-hak warga negara kita. Indonesia
berkepentingan terhadap Pemajuan dan Perlindungan Hak Pekerja Migran,
mendorong pertukaran wisatawan, pelajar, dan kerjasama budaya yang lebih
erat.
Saudara Ketua, Sebagai aktor internasional, ASEAN
juga memiliki kewajiban global. Oleh karena itu, kita harus memastikan
lingkungan strategis kita di Asia Timur, yang menjadi pusat gravitasi
dunia, tetap damai dan stabil, sehingga kondusif bagi kemakmuran
bersama.
ASEAN harus ikut serta dalam menanggulangi
masalah-masalah global yang mengancam umat manusia, seperti penyakit
menular, perubahan iklim, perdagangan manusia, dan bencana alam.
Agar bisa efektif, ASEAN masih menghadapi sejumlah persoalan. ASEAN
perlu memperkuat kapasitas-nya, membangun kredibilitas-nya, dan
mempererat persatuannya. Tanpa kapasitas, kredibilitas dan persatuan,
mustahil ASEAN mempertahankan sentralitas-nya. Ketiga elemen ini
hendaknya menjadi dasar bagi langkah kita dalam membawa ASEAN ke era
pasca 2015.
Dalam hal ini, rakyat harus mendapat manfaat dari kerjasama ini, dan menjadi tujuan dari kerjasama ASEAN.
Saudara
ketua, Terakhir saya menyampaikan penghargaan yang tinggi kepada
Myanmar atas keberhasilannya dalam memimpin ASEAN. Saya yakin, keketuaan
Malaysia tahun depan, akan mengkonsolidasikan keberhasilan selama ini.
Terima kasih. [detik]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar