Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan pandangannya di sidang pleno KTT ASEAN
ke 25. Sesuai janji Seskab Andi Widjajanto, Jokowi berbahasa Indonesia
dan menyampaikan tiga poin soal pilar ASEAN dan Indonesia.
Pandangan
Jokowi disampaikan di KTT ASEAN Summit di Myanmar International
Convention Center (MICC), Nay Pyi Taw, Rabu (12/11/2014).
Jokowi
mendapat giliran bicara keempat setelah pemimpin ASEAN lainnya.
Kalimatnya tegas dan lugas. Dia membuka peluang siapa pun untuk berbisnis, namun harus tetap menghormati kedaulatan Tanah Air.
Berikut tiga poin yang diutarakan Jokowi:
1.
Mempercepat pembangunan infrastruktur dan konektivitas di negara-negara
ASEAN, antar negara ASEAN, antara ASEAN dengan negara-negara mitra,
melalui percepatan implementasi Masterplan on ASEAN Connectivity.
2.
Meningkatkan kerjasama investasi, industri dan manufaktur yang lebih
erat diantara negara-negara ASEAN. Indonesia dibawah pemerintahan saya
terbuka untuk bisnis. Terbuka untuk bisnis. Namun, Indonesia, seperti
negara berdaulat manapun, harus memastikan kepentingan nasionalnya tidak
dirugikan. Kita harus menjunjung tinggi prinsip resiprokal, saling
menghormati, saling menguntungkan, dan persaingan secara adil, dalam
bekerjasama.
3. Meningkatkan perdagangan intra-ASEAN yang saat
ini masih cukup rendah, yakni 24,2 persen. Dalam lima tahun ke depan,
saya berharap nilai perdagangan intra-ASEAN setidaknya bisa mencapai
35-40 persen.
Singgung Konflik
Pada kesempatan tersebut, Presiden Jokowi menyinggung soal konflik di Laut Tiongkok Selatan
karena urusan kelautan. Jokowi menilai, laut seharusnya menjadi
pemersatu, bukan memisahkan bangsa.
"Kita harus memastikan bahwa
laut menyatukan, bukan memisahkan kita. Kerjasama membangun konektivitas
dan infrastruktur maritim harus menjadi fokus kita ke depan," kata
presiden Joko Widodo di hadapan para pemimpin ASEAN, di Myanmar
International Convention Center (MICC), Nay Pyi Taw, Rabu (12/11/2014).
Ditambahkan
Jokowi, politik dan keamana ASEAN hanya bisa diwujudkan apabila kita
menghormati kedaulatan masing-masing. Proses penyelesaian masalah harus
dengan cara-cara damai dan bersatu dalam menjaga otonomi strategis
kawasan.
"Indonesia berkeyakinan, kemakmuran dan perdamaian di
kawasan akan ditentukan oleh bagaimana kita bekerjasama dalam mengelola
samudera," paparnya.
"Indonesia berharap agar sumber-sumber
konflik di laut --seperti pencurian ikan, pelanggaran wilayah,
penyelundupan dan sengketa wilayah-- dapat diatasi melalui kerjasama
yang sungguh-sungguh," tegasnya lagi.
Khusus untuk Laut Tiongkok
Selatan, Jokowi menyerukan semua pihak untuk menahan diri, menjalankan
Declaration of Conduct (DoC), dan mempercepat kesepakatan Code of
Conduct (CoC).
"Saya menyadari, ASEAN telah menjadi aktor dan
memiliki kewajiban terhadap masyarakat global. Oleh karena itu, kita
harus memastikan lingkungan strategis kita di Asia Timur, yang menjadi
pusat gravitasi dunia, tetap damai dan stabil, sehingga kondusif bagi
kemakmuran bersama," urainya. [detik]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar