Rabu, 12 November 2014

PKS Sebelumnya Gadis Telanjang Sekarang Gadis Hilang

Kalau sebelumnya membayangkan gadis telanjang, kali ini anggota DPR dari fraksi PKS, Mahfudz Shiddiq membayangkan gadis yang hilang. Mahfudz Shiddiq mengingatkan ide Presiden Joko Widodo (Jokowi) membangun poros Maritim yang mulai dipasarkan ke dunia internasional, harus disikapi cermat dan hati-hati. Menurut dia, ada dua hal penting yang mesti dilakukan Jokowi.
“Pertama, Presiden harus formulasikan kebijakan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) yang jelas, dan disetujui DPR,” ungkap Mahfudz, di Jakarta, Rabu (12/11/2014).Baca juga: Perdagangan dunia 40% lewat Indonesia, hidupkan bongkar muat pelabuhan dan Ironis! 140 pelabuhan Indonesia mangkrak, jeruk Tiongkok lebih murah
Kedua, lanjut dia, pemerintah harus melakukan penyesuaian kebijakan tersebut dengan peraturan perundang-undangan yang ada. “Juga dengan UNCLOS sebagai hasil dari Deklarasi Djuanda, yang menegaskan Indonesia sebagai negara kepulauan dengan batas wilayah maritimnya,” kata Ketua Komisi I DPR yang membidangi Pertahahan, Intelejen, dan Komunikasi & Informasi ini.
Tanpa dua hal ini, sambung Mahfudz, ide Presiden Jokowi bisa jadi tsunami dahsyat bagi Indonesia. Namun, jika kedua hal itu sudah dilakukan, masih ada satu prasyarat lain, yaitu pemerintahan Jokowi harus serius dan cepat membangun kemampuan kontrol wilayah maritim Indonesia, termasuk di tiga alur laut kepulauan Indonesia (ALKI).
Jika tidak, maka Indonesia jadi lapangan bola tanpa garis dan juga tanpa wasit serta hakim garis. “Bisa runyam NKRI,” tegas anggota DPR, yang secara prinsip sangat mendukung penuh gagasan Presidern Jokowi itu.
Dikatakan Mahfudz, untuk mewujudkan kemampuan kontrol wilayah maritim, perlu dukungan kebijakan dan anggaran kepada semua unsur pelaksananya, polisi perairan, imigrasi dan beacukai, serta TNI AL.
Semua unsur ini terkoordinasi dalam Bakorkamla (Badan Koordinasi Keamanan Laut). Untuk kontrol keamanan wilayah perbatasan laut misalnya, saat ini armada TNI sangat minim, baik kapal maupun pesawat patroli. Termasuk juga kecukupan radar pantainya.
“Saya khawatir presiden Jokowi terlalu semangat melamar sana-sini, tiba-tiba anak gadisnya hilang diculik orang. Itu kalau saya analogikan Indonesia ini sebagai anak gadis,” pungkasnya.  [lensaindoonesia]

2 komentar: