Jumat, 06 Juni 2014

Suara Jokowi Kian Tergerus, Prabowo Kian Kinclong

CEO Alvara Research Center  Hasanudin Ali  mengatakan, Alvara melakukan survei untuk melihat pilihan capres-cawapres warga  muslim kota  pada Pilpres 9 Juli mendatang. Survei dilakukan pada 18-28 Mei 2014 di 10 kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, Medan, Palembang, Pekanbaru, Balikpapan, Banjarmasin, Makassar.
Hasil survei, kata Hasanudin, memperlihatkan  pasangan Jokowi-Jusuf Kalla  memiliki elektabilias lebih tinggi dikalangan muslim kota yaitu 38,8 persen dibandingkan Prabowo-Hatta yang mencapai 29 persen.
"Namun perbedaan elektabilitas keduanya cukup sedikit artinya pemilih di kota mulai terbelah ke Prabowo, semua survei menyatakan elektabilitas Jokowi mulai turun," katanya.
Waktu, ujar Hasanudin, menjadi musuh utama saat ini. Prabowo ingin waktu lebih lama agar suaranya bisa menyusul Jokowi, sementara Jokowi ingin pilpres dilakukan lebih  cepat agar suaranya tidak semakin turun.

Prabowo Sudah Dapatkan Sentimen Positif Publik
Meskipun pemilihan presiden selanjutnya baru dilakukan pada 9 Juli mendatang, kubu Jokowi dan kubu Prabowo sudah mulai berperang di dunia online. Katapedia, sebagai salah satu online social menitoring mengumpulkan berbagai data terkait posisi kedua capres tersebut di dunia online.
CEO Katapedia Indonesia Deddy Rahman mengatakan, setelah resmi mendaftar di kantor KPU, Prabowo mendapatkan banyak sekali publikasi buruk di Twitter. "Ini terlihat dari banyaknya tweet negatif tentang isu uang, isu pelanggaran HAM, dan berbagi isu buruk lainnya," katanya.
Namun memasuki pekan kedua, ujar Deddy, Prabowo mulai mendapatkan sentimen positif. Berbagai isu positif mulai bermunculan untuk Prabowo seperti dukungan Ridwan Kamil, isu kekayaan nasional, juga isu perjuangan untuk rakyat.
"Isu positif ini meningkatkan sentimen positif Prabowo. Sehingga popularitas dan elektabilitas Prabowo naik," kata Deddy.
Sementara, ujar Deddy, di kubu Jokowi, sesaat setelah resmi nyapres di KPU, Jokowi-JK mendapatkan respon positif di Twitter terutama isu rupiah menguat, isu kebangkitan nasional, isu pembangunan tol laut, serta isu kesederhanaan Jokowi.
Namun pada pekan kedua meski sedikit terangkat dengan adanya dukungan Dahlan Iskan, Jokowi-JK diserang isu negatif seperti isu blusukan itu pencitraan, isu perang bintang, isu takut koalisi besar, dan isu nomor urut dua.
Rupanya, kata Deddy, isu negatif yang akhir-akhir ini menyerang Jokowi memberikan efek yang cukup dahsyat. Berdasarkan data Katapedia, pekan pertama elektabilitas Jokowi-JK sebanyak 61,31 persen, Prabowo-Hatta hanya 38,69 persen. Namun pekan kedua elektabilitas Jokowi-JK turun jadi 51,76 persen, Prabowo-Hatta naik jadi 48,24 persen.   [republika]

8 komentar:

  1. Nyantai bro, area grassroot banyak yg tdk tersentuh survey. Area inilah loyalis Soekarno/Mega berada blm lagi ditambah pro Jokowi. Semoga Allah berikan kemenangan bagi yg baik yaitu Jokowi-JK walaupun kerap dituduh melakukan kesalahan. Pilihan rakyat sdh cerdas, pilih yg berpengalaman sbg kepala daerah (walikota 2x, gubernur dg prestasinya), kerja nyata tdk omong doang, merakyat dg blusukannya, mudah dimengerti semua yg dikatakannya dg bahasa merakyatnya, memahami persoalan rakyatnya dan langsung aksi kerja. Meloncatnya jabatan Jokowi dr walikota menjadi gubernur lalu jadi Presiden atas desakan rakyat yg tdk menemukan sosok lain yg bisa dipercaya. Demi rakyat, bukan demi partai apalagi demi ambisi diri sendiri.

    BalasHapus
  2. Tp bos, fitnahan n isue negatif ttg jkw makin merajalela di lapangan, malah yg asalnya pro jkw, jd belok, mdh2an itu mrk yg pilih prabowo, pas 9 juli nyoblosnya jokowi yah, aaamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya Hana. Black campaign yg serang Pak Jokowi memang banyak masuk di dunia maya dan lapangan. Itu sdh gue prediksi sblmnya. Gerinda sdh 3 thn yg lalu start promosi di medsos scr sistematis terorganisir dan PKS rajin sebar isu sara di lapangan, blog2 personal dan organisasi, misal blog pkspiyungan dsb. Tp begitu debat di TV kelihatan kompetitor tdk berdaya dan dg klarifikasi & laporan ke POLRI akhirnya bisa meyakinkan publik bahwa itu semua jelas adalah fitnah dan diketahui pelakunya bukan dr kubu Jokowi. Di lapangan jg banyak relawan (ormas, tokoh agama) ikut bantu Pak Jokowi klarifikasi tuduhan. Tapi yg jelas, masyarakat tetap pilih capres yg merakyat, berpengalaman sbg kepala daerah dan rendah hati. Baru kampanye saja suka memfitnah hingga Babinsa intimidasi masyarakat, bagaimana bila jadi pemenang? Terus terang masyarakat dibuat ketakutan.

      Hapus
  3. https://play.google.com/store/apps/details?id=com.tujuhapl.jokowikuis
    http://apps.portalmarketbuy.com/jokowi-kuis.html

    Jokowi Kuis adalah Aplikasi Android kuis simple. Kamu dapat memainkan Jokowi Kuis ini di android kamu. Tes Kemampuan kamu tentang Jokowi dengan Jokowi Kuis. App ini menggunakan feature dari android platform sehingga memberikan pengalaman terbaik bagi anda

    BalasHapus
  4. Menurut saya pribadi, orang yg gila kekuasaan untuk memperkaya diri dan golongan pasti akan melakukan apapun baik itu legal atau ilegal untuk mendapatkan kekuasaannya itu. Tapi orang yg tidak berambisi/ murni diamanahi rakyat pasti akan menerima dengan lapang dada cercaan/hinaan/makian karna dia tau becik ketitik olo ketoro dan kalau Allah sudah menghendaki orang yg baik untuk menjadi pemimpin maka siapapun tidak akan bisa menghentikan dan merubahnya.. Dari 2 calon presiden saya mempertimbangkan 2 hal, pertama yg dosa sosial dan politiknya sedikit, yg nomor 2 yg merakyat dan mau mebjadi pelayan bagi rakyatnya (mengutamakan rakyat daripada diri dan golongan), dari 2 unsur td maka saya mantapkan pilihanku pada capres cawapres nomor urut 2 yaitu JOKOWI-JK.

    BalasHapus
  5. berdoalah bersama sama ingssa ALLAH pak jokowi jeka menang di pilperes 9 juli 2014,aamiin

    BalasHapus
  6. أمين يارب العالمين

    BalasHapus
  7. Data survei hanyalah kalkulasi statistik perkiraan yang didasarkan pada sejumlah responden yang (tidak su'u zhon) bisa saja sudah diatur,/atau teratur/ berdasarkan pesanan/kebetulan sehingga hasilnya dapat dimanipulasi/terkonklusi. Yang utama adalah fakta sesungguhnya di lapangan secara keseluruhan (semua voters) bukan hanya terbatas pada responden survei bukan hanya saat lalu dan sekarang tetapi juga nanti. Walau saya lebih suka kepastian daripada sekedar keyakinan namun demikian kita juga perlu memperhatikan kemungkinan memang demikian adanya. Orientasi hidup adalah pemberdayaan. Jika saat ini turun itulah waktu kita harus terbuka untuk memperbaiki diri, jika saat ini naik inilah saat kita tetap terjaga untuk meningkatkan diri lagi. Que sera,sera ~ Pantha Rei. Apapun yang terjadi, terjadilah . Biarkan semua mengalir apa adanya. Yang utama terus bertindak dengan benar demi keberkahan dan kita terima apapun juga hasilnya sebagai kebijakan yang baik dariNya .

    BalasHapus